Bulutangkis sudah menjadi hidup dan penghidupan Iie Sumirat. Dia lahir, besar, dikenal dunia, dan kini menegaskan atmosfer bulutangkis itu sebagai seornag pembibit di Bandung.
Iie dan bulu tangkis memang telah menyerupai dua sisi mata uang.Iie tak bisa dilepaskan dari bulutangkis.
Sejak kecil kesehariannya sudah akrab dengan bulutangkis. Ayahnya, almarhum Atik Suganda, yang seorang pemilik bengkel mobil mempunyai klub Rama Putra. Bukan sebuah klub seperti PB SGS elektrik Bandung yang menelorkan pemain-pemain muda, klub itu menampung orang dewasa penghobi bulutangkis.
Manara Suganda, kakak Iie, malah sempat masuk pemusatan latihan nasional untuk nomor ganda. "Kalau saya malah tidak diarahkan untuk menjadi pemain bulutangkis," kata Iie mengenang masa kecilnya.
Dia hanya bermain-main bulutangkis dengan raket kayunya. Dia bermain bersama teman-temannya di sekitar rumah.
Sebuah jalan untuk makin menyukai bulutangkis tiba ketika dia menjadi juara turnamen ketika dia berusia 12 tahun. Kala itu turnamen dihelat bersamaan dengan pameran industri di Braga, Bandung.
Dalam perjalannya, Iie menjadi pemain nasional di nomor tunggal. Saat menajdi pelatih tangan dinginnya juga cukup diakui dunia. Iie berperan memoles Taufik Hidayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar