Tak banyak lagi yang mengenal Iie Sumirat. Tingkah lakunya yang kontroversial di tengah dan di luar lapangan mungkin hanya menjadi kenangan.
GAMPANG-gampang susah menemui Iie Sumirat. Mobilitasnya cukup tinggi. Sebagian besar waktunya memang dihabiskan untuk melatih bulu tangkis di Bandung, Jawa Barat. Namun, Iie tak pernah menolak untuk pergi ke luar kota.
Kegiatannya masih berkutat kepada bulu tangkis. Maklum, dia calon kuat Ketua Umum Pengcab PBSI Kabupaten Bandung.
Selain itu, jabatannya sebagai ketua umum Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) cukup menyibukkan dia. Maka, mantan-mantan atlet juga menjadi 'pasiennya' saat ini.
Kebetulan pula, pada akhir pekan lalu Iie tengah menyiapkan pesta ulang tahunnya ke-57 yang jatuh pada 15 November. Rencananya, dia tak hanya mengundang sanak saudara. Mantan pemain dan pengurus PBSI juga diundang. "Yang penting bisa ngumpul bareng dengan para pemain di klub dan teman-teman lama," ujar Iie.
Ya, kini Iie memang berfokus mengurusi Perkumpulan Bulu Tangkis Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Bandung. Namun, salah satu klub bulu tangkis papan atas tanah air itu memiliki dua gedung. Yaitu, di Soreang, Kab Bandung dan kawasan Soekarno-Hatta, Bandung.
Anak didiknya cukup banyak. GOR di Soreang, Kab Bandung, menampung 150 orang, sedangkan di Bandung 100 siswa. Mulai usia 5 tahun hingga peralihan menuju dewasa. Semua ditangani Iie sendiri.
Dia juga tak pelit berbagi ilmu. Tak melihat gender, baik pemain pria maupun wanita. "Tapi, saya hanya berkonsentrasi kepada pemain tunggal," tutur penyuka kudapan cumi asam manis itu.
Dengan hanya memiliki tiga lapangan di masing-masing GOR, Iie harus mengatur jadwal sedemikian rupa bersama asistennya. Setiap Senin, Kamis, dan Minggu Iie akan memoles anak didiknya di Soreang. Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu giliran GOR Soekarno-Hatta yang diperhatikan.
Jadwal latihan berlangsung pukul 11.00-22.00 WIB.Itu sudah jauh berkurang.Sebelumnya, Iie juga harus menangani langsung klub lain. "Ini saja mereka tak bisa berlatih setiap hari. Lapangan tidak cukup," tutur Iie.
Masih banyaknya calon pemain itulah yang membuat Iie tetap saja setia tinggal di Bandung. Suami Ovadiani itu juga cukup sadar, di antara banyaknya anak didik itu belum tentu akan muncul bintang.
Namun, paling tidak hatinya pernah begitu puas. Di tanah kelahirannya itu dia sukses menitiskan ilmu yang dimiliki -pukulan penuh power disertai kedutan pergelangan tangan- kepada seorang pemuda asal Pengalengan. Dialah Taufik Hidayat, peraih medali emas Olimpiade 2004 Athena dan jawara Kejuaraan Dunia 2005.
"Kalau bukan kami yang membesarkan bulu tangkis, siapa lagi yang bisa diharapkan," ujar pemain yang mendapatkan julukan giant killer semasa menjadi pemain itu.
Malah, dengan potensi yang ada, Iie memprediksi akan melahirkan lebih banyak lagi Taufik Hidayat selanjutnya. Tak dipikirkannya persoalan penghasilan itu pula yang membuat Iie tak pernah menerima tawaran menjadi pelatih di negara lain. Hongkong, Kamboja, dan Malaysia adalah negara yang pernah meminangnya secara terang-terangan. Namun, Iie bergeming. Dia setia tinggal di Bandung.(Bersambung)
BIODATA:
Nama: Iie Sumirat
Lahir: Bandung, 15 November 1952
Isteri: Ovadiani
Anak:
Meilinda
Meladna
Fani Fanina
Ima Delima
Yulian
Yayan Trihartawan
Vine Audine
PENDIDIKAN :
SD Tegallega
SMP Pasundan 2
SMAN 11 dan SMAN 4 Bandung
PRESTASI:
Tim Thomas Cup 1970, 1973, 1976, 1979
Juara Asian Games 1976, 1977
Runner-up Asian Games 1978
Juara Dunia 1976 di Bangkok
Juara Indonesia Open 1973
Juara Singapura Open 1971, 1972, 1973
Juara Nagasaki Open 1978
Juara Taiwan Open 1979
PENGHARGAAN:
Satya Lencana Kebudayaan 1970
JABATAN ORGANISASI:
Ketua IANI Jawa Barat 2007-sekarang
Ketua Komunitas Bulu Tangkis Indonesia di Jawa Barat 2007-sekarang
Pernah dimuat di Jawa Pos November 2009
Sayang prestasi mentereng ga pernah juara di pon
BalasHapus