Senin, 11 April 2016

Amin Prihantono: Juara, Menikah, Kuliah, Lantas Pikirkan Rumah

Amin Prihantono tak hanya sukses menyangkal cibiran banyak orang yang menilai karirnya bakal anjlog setelah menikah. Malah, dia semakin bersinar setelah memiliki puteri pertama.  
 

Kantuk masih menggelayut di pelupuk mata Amin Prihantono. Semalam dia begadang, berpesta dan bersenang-senang bersama teman-teman satu klub Satria Muda Britama. Wajar saja SM baru saja merayakan suka cita usai menjadi juara Indonesian Basketball League, Selasa (27/5).

Saat mata masih berat dan badan masih di atas kasur, tiba-tiba ada yang mengusilinya. Setelah membuka mat adna tahu kalau Nasywa Putri Ayu Aristy, 15 bulan, puteri semata wayangnya yang usil, Amin segera duduk. Bukannya marah, malah seringai senyum langsung menghiasi wajah forward SM tersebut. 

Dia malah berterima kasih telah dibangunkan oleh Masywa. Apalagi, sisa waktunya pagi itu cukup pendek untuk menimang sang bocah. 

"Saya harus ke kampus," ungkap Amin.

Ya, sejak 2002 lalu Amin sudah tercatat sebagai mahasiswa STIE Perbanas, di kawasan bisnis Kuningan, Jakarta. Maka, setelah bercengkerama sejenak bersama Nasywa dan sang isteri Christy Setiawaty, Amin pun lantas berkemas. Sekitar pukul 08.30 WIB Amin meninggalkan rumah di Cipayung, Jakarta Timur dengan Tiger kesayangannya.

"Untuk saat ini, basket memang sudah bisa menjadi sumber penghasilan.
Tetapi, tidak ada jaminan untuk ke depannya," ungkap pria kelahiran
Wonosobo, Jawa Tengah  27 Mei 1982 itu. 

Maka, meski sudah tertinggal dari rekan-rekan seangkatannya di STIE Perbanas, Amin tetap bersikukuh merampungkan pendidikan tingginya.  Dalam takaran normal, seharusnyadia sudah menyelesaikan kuliah.  Tetapi, karena kerap meninggalkan kuliah untuk mengikuti kompetisi, Amin belum juga dianugerahi gelar SE alias Sarjana Ekonomi hingga semester 12 ini.

Untungnya manajemen SM memberikan kesempatan yang cukup luas bagi
para pemain, termasuk Amin, untuk mengejar gelar sarjana.  Dispensasi
untuk latihan pun diberikan meski hanya saat ujian.

"Saya tidak bisa meninggalkan basket, karena berkat olahraga ini pula saya berkesempatan kuliah.  Sebaliknya, saya juga tak mau mengorbankan
kuliah, karena basket ada batasnya," tutur pemain yang mendapatkan
julukan raja slam dunk itu.
      
Amin bersyukur, sejatinya tak hanya kesempatan kuliah yang
diperolehnya setelah menjadi pemain basket profesional.  Tetapi,
aliran rejeki juga datang bak air mengalir.  Motor yang menjadi
temannya di jalan bahkan hanya menjadi kendaraan alternatif
sebelumnya. Sebidang tanah dengan luas hampir 140 meter persegi telah
pula dimilikinya berkat kerja kerasnya seagai pemain. 

Sebelumnya, Toyota Corolla yang menjadi teman setianya kemanapun mengelilingi Jakarta.

"Saya harus jual untuk nombokin beli tanah ini," tutur Amin.

Keyakinannya akan rejeki dari basket kian menebal setelah dia meminang
Christy Setyawaty 18 Mei 2005 lalu. Nyatanya, dia mampu memberi nafkah isteri dan satu anaknya dari basket. 

"Tak perlu mewah, lebih penting berkecukupan," tegas dia.  Memang keputusan itu sempat memicu pertanyaan banyak pihak.  "Banyak yang bertanya, apakah saya tak menyesal karena nikah muda, bagaimana dengan kelanjutan karir saya," imbuhnya.

Ingatannya pun melayang ke salah satu ruang ICU RS Darmais, Jakarta.
Kala itu, calon mertuanya Retno Setyawati terbaring dengan vonis
kanker rahim.  Setelah sekian lama berobat, kesembuhan tak kunjung
diperoleh.

Sebaliknya, pihak keluarga yang sudah tak tega melihat
kondisi Retno memilih merelakannya.  Sayang, sikap pasrah itu tak
kunjung mendapatkan jawaban.  "Mungkin ada yang ditunggu," demikian
celetuk salah stau pembesuk yang juga keluarga Retno.

Setelah saling diam, Amin sendiri yang menyeletuk, kemungkinan mama
menanti Christy menikah. Padahal, Amin mengakui kala itu boleh
dibilang dia belum memiliki bekal materi yang cukup.  Saat itu, dia
berusia 22 tahun.

Kebetulan, tim nasional basket proyeksi SEA Games XXIV/Manila batal
memperkuat Indonesia karena tuan rumah tak memperebutkan medali dari
cabang tersebut.  Setelah mendengar keputusan itu, Amin memutuskan
untuk mengurus surat-surat nikah di Pengadilan Agama. Langkah itu tak
lantas mulus.  Petugas Pengadilan Agama tak bersedia menyediakan waktu
hanya seminggu.

Namun, Amin tetap bersikukuh bisa mendapatkan surat it dalam rentang
waktu tujuh hari.  Akhirnya, Pengadilan Agama mengabulkannya. Maka,
menikahlah Amin dan Christy di ruang ICU itu disaksikan sang bunda dan
keluarga dari Wonosobo. 

"Saya semakin yakin setelah Erick (Tohir) dan Ito (Fictor Gideon Roring) memberikan dukungan," kenang Amin.  Benar saja tepat sebulan setelah pernikahan Amin dan Christy, Retno segera dipanggil Yang Kuasa.

"Saat ini, saya menargetkan untuk menyelesaikan kuliah. Bersama SM,
juara IBL sudah didapatkan, saya sudah menikah, dan nyaris memiliki
rumah," tegas Amin. Dia juga dengan bangga menjawab bahwa isterinyalah
yang menyuntikkan motivasi hingga dia mampu menjadi seperti sekarang.


Pernah dimuat di Jawa Pos, 29 Mei 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar