“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan rasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.”
Perempuan-perempuan ini tangguh di atas gelanggang pada masa jaya mereka. Kini, Elsa Manora Nasution dkk. tetap bergulat di cabang olahraga yang pernah digeluti: sebagai pemilik akademi, sekolah atau klub dan memoles bibit-bibit muda itu secara langsung.
Mereka pernah menyandang tanggung jawab yang tak kecil: nama bangsa. Jadwal ketat latihan pagi dan sore serta berkompetisi sudah jadi hal lumrah sejak usia belia.
Faktanya, mereka pernah menjadi paling tangguh di cabang olahraga masing-masing. Tak ingin pengalaman dan kemampuan menguap begitu saja plus kecintaan kepada anak-anak, mereka mempunyai ide serupa. Membangun sekolah atau klub untuk atlet muda.
Ide yang muncul itu mereka kawal sendiri, ya manajerial, ya soal latihan. Bahkan akhir pekan kerap kali dihabiskan (kembali) di arena untuk mendampingi anak didik mereka. Mantan atlet perempuan itu mengikuti jejak Kartini yang memilih membangun tempat belajar di dalam 'rumah' nya. Dengan segala keterbatasan dan modal keilmuan serta pengalaman yang dimiliki mereka menjadi Kartini masa kini.
Mereka perempuan-perempuan yang setia terhadap olahraga yang sudah membesarkan nama mereka bak seorang Kartini modern.
Mereka bertutur tentang kesibukan saat ini. Suka dan duka. Siapa saja?
1. Elsa Manora Nasution di sini
2. Angelique Widjaja di sini
3. Sarwendah Kusumawardhani di sini
4. Julisa M. Rastafari di sini
5. Darwati di sini
6. Jeany Momo di sini
Seri Kartini Olahraga pernah dimuat di detikSport 21 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar