Sabtu, 27 Juni 2015

Indra Wijaya Kini Tangani Timnas Bulutangkis Korsel, Haryanto Arbi Ikut Berperan

Sudah tak lagi bermain, mantan pebulutangkis Indonesia Indra Wijaya berkiprah di BCA Indonesia Open 2015 lalu. Kakak kandung Candra Wijaya itu membawa bawah panji tim nasional bulutangkis Korea Selatan sebagai pelatih nomor tunggal putra.

Indra tak pernah menyangka akan mengikuti jejak beberapa pensiunan pemain bulutangkis nasional yang menangani klub atau tim nasional negara lain. Toh sudah 1,5 tahun belakangan ini dia menjadi salah satu dari gelombang pelatih-pelatih Indonesia di negara lain.

Indra menambah jumlah pelatih Indonesia di negeri orang bersama Hendrawan yang menangani Malaysia, Namrih Suroto di Thailand, Halim Heryanto di Amerika Serikat, Flandy Limpele, Reony Mainaky, Karel Mainaky, yang kini menangani klub-klub di Jepang, serta Paulus Firman di Filipina. Juga Nunung Wibiyanto di Singpura.

"Belum pernah ada ya mantan pemain Indonesia yang menangani timnas Korea sebelumnya. Saya sendiri juga tidak menyangka mereka memberikan kepercayaan kepada saya. Padahal ini juga nomor bergengsi, tunggal putra," kata Indra di sela-sela perhelatan Indonesia Open di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

"Ini semua berkat Haryanto Arbi di akhir 2013. Dia yang memberi info dan sedikit memaksa saya agar apply ke sana he..he..he...," canda kakak kandung Candra Wijaya itu merujuk pada salah satu teman seangkatannya di dunia bulutangkis Tanah Air.

Padahal pria asal Cirebon, Jawa Barat itu tak punya bekal lisensi kepelatihan. Pengalaman menjadi pemain dan menangani Candra Wijaya International Badminton Center-lah yang jadi modal.

Tidak menunggu lama, pihak Korsel merespons positif lamaran Indra. Setelah menyepakati nilai kontrak Indra pun boyongan ke Seoul, tempat pelatnas bulutangkis negara tersebut. Kontrak dengan Korsel dijalani per tahun.

Ini menjadi tahun kedua Indra di Korea. Bersama-sama dengan pelatih dan pemain lain, Indra tinggal di asrama di negera tersebut sementara istri (Vivi Wiral) dan kedua anaknya (Michael Davinson Wijaya dan Mikayla Davina Wijaya) tetap tinggal di Jakarta.

"Komunikasi gampang banget. Jaringan internet di asrama sangat lancar. Cuma enggak touch saja, ngobrol sih bisa tiap hari lewat skype atau cara-cara sejenis lainnya," beber pria 41 tahun itu.

Indra juga tak kesulitan beradaptasi dengan barisan pelatih lain. Para pemain tunggal Korea juga menerima kehadirannya dengan baik.

"Kepala pelatih timnas memberikan kebebasan penuh kepada saya untuk meramu program latihan di nomor tunggal putra. Itu yang membuat saya nyaman," ujar Indra.

"Soal makanan juga enak-enak kok di sana. Komunikasi saja yang awalnya sedikit sulit dan kulturnya yang berbeda banget. Tapi, tak sampai menjadi kendala. Kalau ngobrol kan bisa campur-campur dengan bahasa Tarzan," ucap dia.

Selama 1,5 tahun ini Indra mengatakan komunikasi makin oke. Boleh dibilang kendala makin berkurang.

"Soal prestasi belum seperti apa yang saya inginkan, tapi progress sudah ada. Di sana saya memanfaatkan karakter para pemain Korea yang kuat fisiknya. Saya lebih gampang untuk menerapkan program latihan," jelas Indra.

Indonesia Open tahun ini juga menjadi kesempatan mudik buat Indra. Mumpung di Jakarta, dia pun tak buru-buru pulang ke Seoul. "Mumpung di sini saya tak langsung balik ke Seoul. Liburan sebentar sama keluarga," kata pria 41 tahun tersebut.

Pernah dimuat di detikSport 8 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar