Kamis, 10 November 2016

Tontowi/Liliyana: Pahlawan dari Arena, Wakili Toleransi

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi pahlawan ketika Indonesia tampil di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Mereka sekaligus mewakili toleransi. 


Ketika perbedaan suku, agama, dan ras dijadikan cara untuk memecah belah negara ini, duo pebulutangkis kita mempunyai cara sendiri untuk mengajak bersatu. Mereka menunjukkan kalau Indonesia punya kekuatan raksasa di kancah dunia.

Dua pemain itu, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Rentetan prestasi bagus di level dunia sudah dibuktikan oleh mereka. Puncaknya ketika Owi/Butet--sapaan karib Tontowi/Liliyana--mempersembahkan kado medali emas Olimpide 2016 Rio de Janeiro pada HUT RI ke-71. Ganda campuran terbaik tanah air itu menyatakan dengan tegas kalau Indonesia tak bisa dikalahkan.

Bermain di babak final, mereka menundukkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan skor 21-14, 21-12. Apa yang mereka lakukan untuk merayakan kemenangan? Kompak mereka berlari ke arah pelatih, memeluk kemudian mengambil bendera Merah Putih dan membawa berkeliling bendera itu.

Kemudian lagu Indonesia Raya berkumandang. Bendera Merah Putih dikerek paling atas dalam upacara penerimaan medali di Riocentro Pavilion 4, Rio de Janeiro. Owi/Butet mengangkat tangan memberi hormat. Keharuan tak bis aditutupi. Apalagi itulah satu-satunya emas yang didapatkan Indonesia di Olimpiade Rio.

"Saya bersyukur kepada Allah SWT. Inilah kado terindah bagi kami dan untuk seluruh masyarakat Indonesia di Hari Kemerdekaan ini, terima kasih atas segala dukungannya," kata Tontowi.

Medali emas Tontowi dan Liliyana itu bukan cuma membuat mereka dianggap sebagai pahlawan olahraga. Mereka dinilai mewakili arti toleransi.

Tontowi dan Liliyana memang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Tontowi Jawa totok, sedangkan Liliyana lahir di Manado dan keturunan Tionghoa.


Cara mereka mengucapkan syukur pada tiap poin yang didapatkan pun berbeda. Owi yang beragama Islam akan mengangkat tangan dan mengusapkannya ke wajah. Sementara Liliyana bersyukur dengan cara Katolik. Semua terjadi di atas lapangan hijau.

Semua itu bergabung dalam kerja keras, wadah yang tepat, dan tangan dingin barisan pelatih di pelatnas PBSI sejak 2010. Mereka juga mewakili keberagaman Indonesia. Adalah Richard Mainaky--pelatih ganda campuran pelatnas PBSI--yang memasangkan keduanya. Iya, Richard juga beda suku. Dia orang Ternate.

Siapa asisten Richard? Selama membesut Owi/Butet, Richard didampingi Nova Widianto, seorang Jawa tulen.

Kalau menurut Butet apa arti pahlawan?

"Pahlawan adalah anak bangsa yang bisa mengharumkan nama bangsa dengan prestasi luar biasa di bidang apapun."

Sepakat, kan kalau Tontowi dan Liliyana mewakili pahlawan masa kini dengan sukses mereka mengibarkan bednera Merah Putih pada podium tertinggi di turnamen-turnamen internasional? Juga mewakili arti toleransi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar