Kamis, 03 November 2016

Sarengat Punya Pengalaman Pahit dengan Narkoba

Muhammad Sarengat sukses menorehkan tinta emas sebagai manusia tercepat Asia. Tapi dia juga punya sisi kelam pernah gagal sebagai orang tua karena narkoba. 

 Foto: Jawa Pos

Selasa, 28 Oktober nanti tak hanya istimewa bagi Sarengat. Di tanggal yang berbarengan dengan Sumpah Pemuda itu, dia tepat berusia 68 tahun. Selain itu, Sarengat diingatkan pada sebuah kegagalan seorang ayah mendidik anaknya.

Kehidupan bukanlah ilmu matematika dengan 1 + 1 = 2.  Dengan gelar dokter, yang tentu dibekali pengetahuan kesehatan termasuk bahaya narkoba, Sarengat tak bisa mencegah anak bungsunya, Muhammad Landung Setyoutomo Suryoputro, terjerat di dalamnya.

“Kalau hanya berpatokan malu, saya tidak mau bercerita.  Tapi, ini kenyataan dan harus menjadi pelajaran bagi yang lain. Saya gagal menjadi orang tua sekaligus dokter waktu itu,” ujar Sarengat.

Sarengat tak menampik masa-mas aitu begitu berat dijalani. Bukan cuma rasa malu, tapi bagaimana cara untuk merehabilitasi sang putra.

Baca Juga: 'Namaku Sarengat', Autobiografi Manusia Tercepat Asia yang Cuma Tersimpan dalam Almari

Ya, harga dirinya sebagai dokter seperti dipertaruhkan.  Beruntung setelah melewati rehabilitasi, Landung sembuh dan kembali masuk dalam kehidupan normal.

Dari pengalaman pahit itu, Sarengat mendapatkan inspirasi lain. Dia tak ingin ada anak-anak muda lain yang jadi korban narkoba.

Pria yang pernah tercatat sebagai manusia tercepat Asia tersebut mendirikan Sport Campus Wijaya Kusuma, pusat rehabilitasi pecandu narkotika, pada tahun 1999. Hingga kini, dia menjabat sebagai ketua yayasan Wijaya Kusuma.

Dengan yayasan itu Sarengat ingin agar keluarga adalah faktor terpenting untuk si korban agar bisa terbebas dari jeratan narkoba.

Baca Juga: Bisikan Presiden Soekarno yang Memacu Mohammad Sarengat Jadi Manusia Tercepat Asia

Tapi tak banyak yang menyadarinya. Biasanya, keluarga--yang seharusnya bisa menyelamatkan korban narkoba--malah turut melarikan diri. kalau tidak  mempercayai kenyataan, ya malah menyembunyikan si korban karena gengsi.

“Tragisnya kalau sudah over dosis dan berakibat kematian, baru nyadar,” keluh Sarengat.

bersama Landung, Sarengat gencar mencari terobosan-terobosan baru untuk mendukung penyembuhan. Therapeutic Community menjadi metode penyembuhan yang diterapkan di SCWK. Metode itu mengambil prinsip dasar membantu diri sendiri dengan membantu orang lain.

Baca Juga: Tentang Muhammad Sarengat yang Pernah Berpredikat Manusia Tercepat Asia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar