Senin, 05 Desember 2016

Ketika Susy Susanti Turun Gunung

Susy Susanti menerima jabatan sebagai ketua pembinaan dan prestasi PP PBSI periode 2016-2020. Sebuah kejutan hingga Susy bersedia turun gunung.


Mengenakan kemeja putih dan celana panjang warna abu-abu, Susy muncul di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu (4/12/2016) petang. Perempuan 45 tahun itu menghadiri pengumuman susunan pengurus PP PBSI kabinet Wiranto kepada publik di hadapan media.

Saat daftar pengurus dibacakan, nama Susy ada di sana. Dia menjabat sebagai ketua bidang pembinaan dan prestasi. Itu jabatan serupa yang diemban Rexy Mainaky dalam kepengurusan kabinet Gita Wirjawan dari tahun 2012-2016.

Sebuah keputusan yang mengejutkan. Sebab, sejak dia pensiun sebagai pemain pada tahun 1998 Susy memilih untuk menjaga jarak dengan PBSI. Dia lebih senang untuk menjadi penonton dari luar arena.

Lama setelah pensiun itu, Susy mulai mendekat ke PBSI pada 2008. Kala itu, dia menjadi manajer tim Uber yang masa kerjanya cuma beberapa bulan, tidak bertahun-tahun.

Waktu itu banyak yang menilai keputusan Susy menjadi manajer tim Uber cukup gila. Muncul kekhawatiran, pamor Susy bakal turun karena tim Uber diisi pemain-pemain medioker. Bahkan dewa yang memimpin tim itu pun tak akan berhasil. Begitulah kelakar yang muncul mengiringi tim Uber yang main di kandang sendiri.

Dengan skuat yang dipandang sebelah mata, ternyata Susy mampu membawa Maria Kristin dkk. menjadi runner-up dalam ajang yang dihelat di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Tim Uber bertahan lebih lama ketimbang tim Thomas yang tersingkir di babak semifinal, meski ditarget minimal sebagai finalis.

Keberhasilan itu membuat banyak pihak meminta Susy untuk turun langsung menangani pemain, sebagai pelatih ataupun pengurus PBSI. Namun, Susy bersikukuh untuk tetap menjaga jarak dengan PBSI.

Susy sedikit luluh saat diminta Gita untuk masuk kepengurusannya. Namun, Susy meminta agar tak duduk sebagai pengurus yang harus ngantor di Cipayung sehari-hari. Dia pun menerima posisi sebagai staf ahli.

Diminta langsung oleh Gita dan situasi yang memang tengah genting-- Indonesia gagal mempertahankan emas Olimpiade--Susy bersedia masuk jajaran pengurus. Namun, bukan sebagai pejabat teras.

Waktu itu, istri Alan Budikusuma tersebut dipercaya mengisi posisi staf ahli pembina dan prestasi. Jabatan ini tak masuk kategori pengurus harian, jadi ke Cipayung sesekali tak masalah.

Kini, tim formatur meminta Susy lebih intens bersama-sama PBSI. Setelah diyakinkan beberapa kali oleh tim formatur, Susy akhirnya menerima tugas sebagai kabid binpres untuk empat tahun ke depan.

Sebuah langkah strategis memang untuk merekrut Susy dalam barisan pengurus teras. Selain punya pengalaman di bidangnya, PBSI bisa memetik keuntungan lain. Dia kerap berkeliling negara-negara bulutangkis semasa memasarkan produk apparel miliknya.

Dengan bisnisnya itu, Susy punya hubungan dekat dengan federasi bulutangkis negara lain dengan cara yang lebih luwes, tidak formal. Karena masih berkutat pada apparel bulutangkis, Susy juga tetap bisa membaca peta kekuatan bulutangkis dunia. Dia pun mengenal secara personil para para pengurus dan pelatih negara-negara lain lewat cara di luar lapangan.


Susy sendiri punya pertimbangan matang untuk menerima tugas tersebut.

"Sering (untuk diminta jadi pengurus), hanya saja pada periode sebelumnya saya ingin berfokus membesarkan anak-anak saya dan usaha saya. sekarang dua anak saya sudah bersekolah di Australia dan yang paling kecil duduk di bangku SMP. Saya rasa inilah waktunya," ucap Susy.

Selain itu, selama menjadi staf ahli PBSI, Susy menjadi lebih paham perkembangan regenerasi bulutangkis Indonesia yang terseok-seok. Utamanya pada kelompok spesialisnya, tunggal putri.

Susy tak bisa lagi menahan kegemasannya untuk mencetak pemain tunggal putri yang mumpuni. Dia tak sampai hati menyaksikan juara-juara nomor ini muncul dari negara-negara yang baru mengenal bulutangkis, seperti Carolina Marin dari Spanyol. Dia ingin pemain tunggal putri Indonesia muncul lagi di deretan papan atas peringkat dunia.

Tugas yang tampaknya bakal sangat berat untuk Susy sekalipun. Peringkat para pemain tunggal putri saat ini sebagai gambaran. Selain itu, berkaca pada tataran super series laju para pemain tunggal putri tak cukup awet.

Soal itu bahkan sampai muncul kelakar sebagai campuran kritik dan kerinduan dari para jurnalis olahraga. Utamanya jurnalis media cetak atau TV yang punya halaman dan slot terbatas dalam tayangan berita. Mereka harus memprioritaskan mewartakan hasil tunggal putri dalam partai-partai awal.

"Khawatir si ini dan si anu segera tersingkir, nanti keburu mereka tersingkir dan tidak ada kabar tentang tunggal putri." Begitulah guyonan itu.

Susy menyadari tugas berat itu. Susy telah menyiapkan sejumlah rencana untuk mendongkrak prestasi semua sektor yang ada di pelatnas plus perencanaan untuk mengandeng klub dan pengprov PBSI. Termasuk barisan pelatih yang akan dipertahankan ataupun dicoret.

Juga tercantum poin-poin kerja jangka pendek dan jangka panjang. Salah satu yang krusial adalah membangun lagi pelatnas pratama. Susy akan menggodok lagi para pemain usia 15 tahun hingga 19 tahun di Cipayung.

Soal sport science, Susy telah mempunyai gambaran besar. Dengan pengalaman pernah berhubungan dengan pengembangan sport science di Jerman--kala dia menjadi atlet--, Susy akan mengombinasikan poin ini dengan pengalaman dia sebagai seorang atlet. Lagi-lagi soal teknologi, Susy biasa kerkutat karena dia juga dituntut mengembangkan raket terbaik untuk para pebulutangkis.

Rencana-rencana itu disusun Susy dalam lembaran-lembaran kertas HVS setebal 80-an halaman. Masih cukup sederhana memang. Belum ada tanggal dan durasi kerja. Juga dana yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.

"Ini perlu bicara dengan jajaran pengurus lain," ucap perempuan bernama lengkap Lucia Francisca Susy Susanti itu.


Ya, Susy memang tak bisa bekerja sendirian. Dia butuh bidang-bidang lain agar rencana di atas kertas HVS itu bukan hanya angan-angan atau malah susunan doa.

Pengurus PBSI periode 2016-2020 juga semestinya menyadari jika langkah merekrut Susy dalam kepengurusan punya risiko lebih besar ketimbang tanpa menyertakan namanya. Bukan cuma soal prestasi bulutangkis di level dunia, tapi juga tetap menjaga nama besar Susy sebagai legenda bulutangkis yang namanya masuk dalam buku rekor dunia.

Bukan cuma terhadap pengurus Susy berharap program kerjanya mendapatkan dukungan, dia, dengan amat rendah hati, mengutarakan harapan kepada publik untuk membantu tugasnya.

"Saya meminta dukungan masyarakat Indonesia dan insan-insan bulutangkis dan mereka yang mempunyai pengalaman untuk memberikan masukan apapun. Saya berharap sekali di kemudian hari, satu atau dua tahun ada perubahan yang lebih baik, khususnya tunggal putri yang sedikit terpuruk ini bisa menelorkan bibit-bibit baru, tidak cuma menyamai saya, tapi lebih bagus lagi," tutur Susy.

Selamat bekerja, Susy!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar