Masa depan Rexy Mainaky di PP PBSI belum jelas. Rexy santai menanggapi situasinya.
Ketua umum PP PBSI terpilih, Wiranto, telah mengumumkan kabinetnya. Di antara nama pengurus, tak tercantum nama Rexy yang pada kepengurusan sebelumnya menjabat sebagai ketua bidang pembinaan prestasi. Posisinya diisi mantan pemain nasional lain: Susy Susanti.
Sementara dengan kontrak yang habis akhir tahun ini, nasib Rexy bersama para pelatih masih menggantung. Sebab, hingga saat ini belum ada komunikasi dari pengurus anyar soal masa depan Rexy.
Kami berbincang pada Jumat (9/12/2016) siang hingga petang di seuah cafe di Senayan, Jakarta Pusat. Rexy datang mengenakan polo shirt hitam dengan tas slempang. Rexy datang setengah jam lebih awal dari jam kami janjian bersama satu rekannya, Tony.
Awalnya saya mengajak Rexy untuk kongkow-kongkow, sekadar ngobrol. Soal apa saja. Sebab sebelumnya saya sudah bicara cukup banyak dengan penggantinya di PBSI, Susy Susanti. Kami bicara usai pengumuman kepengurusan PBSI di Senayan.
[Baca Juga: Ketika Susy Susanti Turun Gunung]
Rasanya tidak adil jika tidak mengajak bicara Rexy. Karena PBSI belum mengadakan konferensi pers, saya ajak juga rekan-rekan pewarta lain yang kerap menyambangi markas PBSI di Cipayung.
Sore itu dia menuturkan banyak hal. Kami mengira dia galau dengan ketidakpastian masa depan dia bersama PBSI. ternyata, memang ada sedikit kegundahan yang dirasakannya, namun Rexy bersikap profesional. Sejak awal dia sudah memprediksi situasi ini.
Rexy juga bercerita soal keinginan bikin akademi. Rencana itu sudah jalan 30 persen, ada pemodal juga GOR yang akan dipakai. Kami tak percaya ketika di abilang belum ada satupun negara lain yang menginginkan dirinya untuk menangani timnas bulutangkis mereka.
"Bohong," begitu jawaban soal negara lain itu.
"Kalau bohong, tidak perlu dilanjutkan lagi ngobrolnya, Belum apa-apa sudah enggak percaya," canda Rexy.
Banyak hal yang dia ungkapkan sore itu. Beberapa off the record, sebagian lagi dia blak-blakan dan bersedia dikutip untuk media.
Tanya (T): Saat pengumuman pengurus PP PBSI apakah menyangka nama Mas Rexy tak termasuk di dalamnya?
Jawab (J): Saya sama sekali tak memusingkan posisi saya saat itu. Saya selalu berprinsip posisi bukanlah sebuah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan dan dijaga. Bagi saya, posisi adalah tempat saya harus kerja keras dan total.
T: Setelah pengumuman itu dan nama Mas Rexy tak ada di sana apakah ada komunikasi dengan pengurus baru?
J: Tidak ada. Terus terang sampai nama pengurus baru itu keluar, tidak ada pertanyaan dan permintaan apapun. Komunikasi itu tidak ada, tidak hanya kepada saya saja tetapi wartawan pun tidak tahu soal ini.
T: Apakah Anda sakit hati dengan situasi yang mendera ini?
J: Sejak awal saya sudah menyadari bahwa pekerjaan saya ini selalu mengandung risiko. Dengan kondisi yang ada saat ini, saya tak merasa sakit hati. Masing-masing kepengurusan mempunyai gaya sendiri-sendiri. Misalnya, Pak Gita memilih para pengurusnya orang-orang ini, sangat wajar kalau yang ini tidak lagi dipakai pada kepengurusan Pak Wiranto.
T: Lantas bagaimana dnegan program-program yang sudah dibuat Binpres kemarin? Apakah lanjut atau berhenti?
J: Itu kewenangan pengurus saat ini. Kalau mau dilanjutkan silakan kalau tidak ya terserah mereka. Semua sudah dikemukakan saat Munas, mereka menilai berhasil atau tidak. Ada catatannya semua.
T: Kalau sama Pak Gita masih ada komunikasi?
J: Masih terus. Kami banyak berbicara dan tukar pikiran. Bapak Gita itu kan orangnya memang enak diajak ngobrol, karena dia bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Istilahnya, sampai kemarin malam saja ada misscalled dari dia, lalu saya telepon balik untuk berbicara. Terus terang Bapak Gita sampai bertanya, "Rexy apa yang bisa saya bantu?"
T: Sejak awal, saat dipanggil pulang ke Indonesia oleh Pak Gita apakah Anda telah siap yang seperti ini?
J: Tidak ada pikiran seperti itu. Terus terang ya, saya sudah terbiasa dengan sistem secara profesional (kontraknya). Saya kerja pertama jadi pemain, sistemnya kan jelas. Dengan menempatkan status kerja artinya ada konsekuensinya yang akan diambil. Jadi ketika Bapak Gita tidak terpilih, ya saya pikir biar saja.
T: Ada alasan lain sampai bisa kuat hati seperti itu?
J: Kalau bicara di Inggris, bukan sombong, Inggris itu tetap ingin mempertahankan saya. Kalau saya tidak mau ke Malaysia, saya pasti sudah di sana terus untuk mengurus tim nasional. Tetapi, saya bilang saya ingin ada tantangan baru, ya mereka mengerti. Jadi istilahnya saya bekerja dan hasilnya ada. Maka mereka mempertahankannya. Kalau di Indonesia kan tidak, kalau kita berhasil belum tentu. Apalagi kalau gagal, ampun-ampun ha..ha..ha.
T: Pada akhirnya kembali ke Indonesia?
J: Pak Gita telepon saya, dia menaruh kepercayaan pada saya. Saya bilang,"Pak, saya tidak minta macam-macam, saya cuma ingin Bapak percaya sama saya atau tidak, kalau Bapak percaya saya datang. Karena saya biasa bekerja dengan kepercayaan. Saya tahu pekerjaan ini ada konsekuensinya, jadi saya tidak pernah bekerja untuk manjaga kursi saya. Lagipula, tanya semua pelatih yang melanglang buana kemana-mana, pasti akhirnya ingin menangani timnasnya sendiri.
T: Dengan kembalinya tradisi emas Olimpiade, bukankah selayaknya Anda dipertahankan?
J: Yang terpenting, dalam kepengurusan saya, saya sudah berhasil mengembalikan tradisi emas di Olimpiade untuk Indonesia. Saya berharap setelah dapat emas daerah-daerah akan kembali termotivasi untuk menelorkan atlet-atletnya, melakukan pembinaan. Biar mereka bisa semangat dan program yang jalan ini untuk mengangkat pelatih-pelatih daerah dan memotivasi mereka.
T: Apa rencana Anda dengan situasi ini?
J: Saya katakan bahawa saya masih enjoy dengan kehidupan saya dulu-lah. Saya berencana membangun akademi, juga ini jadi kesempatan saya untuk dekat dengan keluarga. Bisa sering-sering pulang ke Kuala Lumpur. Istri saya kan tinggal di sana.
T: Jadi baru kali ini istirahat sejak melatih timnas pertama?
J: Saya itu dari Inggris lima tahun, lalu Malaysia tujuh tahun dan Filipina satu tahun. Baru kemudian balik ke Indonesia empat tahun. Jadi lanjut terus belum pernah ada break. Baru kali ini saja.
T: Masih berminat menangani timnas negara lain?
J: Amin kalau ada yang memberi tawaran. Tapi sejauh ini hanya rumor saja soal tawaran itu karena sejauh ini belum ada.Tapi kita kan tidak tahu, waktu kan terus berjalan.
T: Untuk sementara ini rencana mau seperti apa?
J: Ada rencana untuk bikin akademi bersama teman saya. Bos sudah ada, GOR juga ada. Nanti setelah ini saya akan ke Depok untuk membicarakannya lebih lanjut. Kalian kan yang minta saya tetap tinggal di Indonesia?
T: Kalau soal sampai kapan mau terus bergelut dengan bulutangkis?
J: Itu sama artinya seperti menyuruh saya berhenti bersentuhan dengan istri saya ha...ha...ha..
Ketua umum PP PBSI terpilih, Wiranto, telah mengumumkan kabinetnya. Di antara nama pengurus, tak tercantum nama Rexy yang pada kepengurusan sebelumnya menjabat sebagai ketua bidang pembinaan prestasi. Posisinya diisi mantan pemain nasional lain: Susy Susanti.
Sementara dengan kontrak yang habis akhir tahun ini, nasib Rexy bersama para pelatih masih menggantung. Sebab, hingga saat ini belum ada komunikasi dari pengurus anyar soal masa depan Rexy.
Kami berbincang pada Jumat (9/12/2016) siang hingga petang di seuah cafe di Senayan, Jakarta Pusat. Rexy datang mengenakan polo shirt hitam dengan tas slempang. Rexy datang setengah jam lebih awal dari jam kami janjian bersama satu rekannya, Tony.
Awalnya saya mengajak Rexy untuk kongkow-kongkow, sekadar ngobrol. Soal apa saja. Sebab sebelumnya saya sudah bicara cukup banyak dengan penggantinya di PBSI, Susy Susanti. Kami bicara usai pengumuman kepengurusan PBSI di Senayan.
[Baca Juga: Ketika Susy Susanti Turun Gunung]
Rasanya tidak adil jika tidak mengajak bicara Rexy. Karena PBSI belum mengadakan konferensi pers, saya ajak juga rekan-rekan pewarta lain yang kerap menyambangi markas PBSI di Cipayung.
Sore itu dia menuturkan banyak hal. Kami mengira dia galau dengan ketidakpastian masa depan dia bersama PBSI. ternyata, memang ada sedikit kegundahan yang dirasakannya, namun Rexy bersikap profesional. Sejak awal dia sudah memprediksi situasi ini.
Rexy juga bercerita soal keinginan bikin akademi. Rencana itu sudah jalan 30 persen, ada pemodal juga GOR yang akan dipakai. Kami tak percaya ketika di abilang belum ada satupun negara lain yang menginginkan dirinya untuk menangani timnas bulutangkis mereka.
"Bohong," begitu jawaban soal negara lain itu.
"Kalau bohong, tidak perlu dilanjutkan lagi ngobrolnya, Belum apa-apa sudah enggak percaya," canda Rexy.
Banyak hal yang dia ungkapkan sore itu. Beberapa off the record, sebagian lagi dia blak-blakan dan bersedia dikutip untuk media.
Tanya (T): Saat pengumuman pengurus PP PBSI apakah menyangka nama Mas Rexy tak termasuk di dalamnya?
Jawab (J): Saya sama sekali tak memusingkan posisi saya saat itu. Saya selalu berprinsip posisi bukanlah sebuah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan dan dijaga. Bagi saya, posisi adalah tempat saya harus kerja keras dan total.
T: Setelah pengumuman itu dan nama Mas Rexy tak ada di sana apakah ada komunikasi dengan pengurus baru?
J: Tidak ada. Terus terang sampai nama pengurus baru itu keluar, tidak ada pertanyaan dan permintaan apapun. Komunikasi itu tidak ada, tidak hanya kepada saya saja tetapi wartawan pun tidak tahu soal ini.
T: Apakah Anda sakit hati dengan situasi yang mendera ini?
J: Sejak awal saya sudah menyadari bahwa pekerjaan saya ini selalu mengandung risiko. Dengan kondisi yang ada saat ini, saya tak merasa sakit hati. Masing-masing kepengurusan mempunyai gaya sendiri-sendiri. Misalnya, Pak Gita memilih para pengurusnya orang-orang ini, sangat wajar kalau yang ini tidak lagi dipakai pada kepengurusan Pak Wiranto.
T: Lantas bagaimana dnegan program-program yang sudah dibuat Binpres kemarin? Apakah lanjut atau berhenti?
J: Itu kewenangan pengurus saat ini. Kalau mau dilanjutkan silakan kalau tidak ya terserah mereka. Semua sudah dikemukakan saat Munas, mereka menilai berhasil atau tidak. Ada catatannya semua.
T: Kalau sama Pak Gita masih ada komunikasi?
J: Masih terus. Kami banyak berbicara dan tukar pikiran. Bapak Gita itu kan orangnya memang enak diajak ngobrol, karena dia bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Istilahnya, sampai kemarin malam saja ada misscalled dari dia, lalu saya telepon balik untuk berbicara. Terus terang Bapak Gita sampai bertanya, "Rexy apa yang bisa saya bantu?"
T: Sejak awal, saat dipanggil pulang ke Indonesia oleh Pak Gita apakah Anda telah siap yang seperti ini?
J: Tidak ada pikiran seperti itu. Terus terang ya, saya sudah terbiasa dengan sistem secara profesional (kontraknya). Saya kerja pertama jadi pemain, sistemnya kan jelas. Dengan menempatkan status kerja artinya ada konsekuensinya yang akan diambil. Jadi ketika Bapak Gita tidak terpilih, ya saya pikir biar saja.
T: Ada alasan lain sampai bisa kuat hati seperti itu?
J: Kalau bicara di Inggris, bukan sombong, Inggris itu tetap ingin mempertahankan saya. Kalau saya tidak mau ke Malaysia, saya pasti sudah di sana terus untuk mengurus tim nasional. Tetapi, saya bilang saya ingin ada tantangan baru, ya mereka mengerti. Jadi istilahnya saya bekerja dan hasilnya ada. Maka mereka mempertahankannya. Kalau di Indonesia kan tidak, kalau kita berhasil belum tentu. Apalagi kalau gagal, ampun-ampun ha..ha..ha.
T: Pada akhirnya kembali ke Indonesia?
J: Pak Gita telepon saya, dia menaruh kepercayaan pada saya. Saya bilang,"Pak, saya tidak minta macam-macam, saya cuma ingin Bapak percaya sama saya atau tidak, kalau Bapak percaya saya datang. Karena saya biasa bekerja dengan kepercayaan. Saya tahu pekerjaan ini ada konsekuensinya, jadi saya tidak pernah bekerja untuk manjaga kursi saya. Lagipula, tanya semua pelatih yang melanglang buana kemana-mana, pasti akhirnya ingin menangani timnasnya sendiri.
T: Dengan kembalinya tradisi emas Olimpiade, bukankah selayaknya Anda dipertahankan?
J: Yang terpenting, dalam kepengurusan saya, saya sudah berhasil mengembalikan tradisi emas di Olimpiade untuk Indonesia. Saya berharap setelah dapat emas daerah-daerah akan kembali termotivasi untuk menelorkan atlet-atletnya, melakukan pembinaan. Biar mereka bisa semangat dan program yang jalan ini untuk mengangkat pelatih-pelatih daerah dan memotivasi mereka.
T: Apa rencana Anda dengan situasi ini?
J: Saya katakan bahawa saya masih enjoy dengan kehidupan saya dulu-lah. Saya berencana membangun akademi, juga ini jadi kesempatan saya untuk dekat dengan keluarga. Bisa sering-sering pulang ke Kuala Lumpur. Istri saya kan tinggal di sana.
T: Jadi baru kali ini istirahat sejak melatih timnas pertama?
J: Saya itu dari Inggris lima tahun, lalu Malaysia tujuh tahun dan Filipina satu tahun. Baru kemudian balik ke Indonesia empat tahun. Jadi lanjut terus belum pernah ada break. Baru kali ini saja.
T: Masih berminat menangani timnas negara lain?
J: Amin kalau ada yang memberi tawaran. Tapi sejauh ini hanya rumor saja soal tawaran itu karena sejauh ini belum ada.Tapi kita kan tidak tahu, waktu kan terus berjalan.
T: Untuk sementara ini rencana mau seperti apa?
J: Ada rencana untuk bikin akademi bersama teman saya. Bos sudah ada, GOR juga ada. Nanti setelah ini saya akan ke Depok untuk membicarakannya lebih lanjut. Kalian kan yang minta saya tetap tinggal di Indonesia?
T: Kalau soal sampai kapan mau terus bergelut dengan bulutangkis?
J: Itu sama artinya seperti menyuruh saya berhenti bersentuhan dengan istri saya ha...ha...ha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar