Sabtu, 17 September 2016

Hendra Setiawan Bicara Berat Badan, Anak Kembar, dan Hasrat Juara di Korea


Hendra Setiawan masih memimpikan gelar juara Korea Super Series. Selain itu, dia juga curhat soal susahnya menjaga berat badan ideal dan asyiknya peran sebagai ayah.


Hendra, 32, bersama Mohammad Ahsan masih berstatus sebagai ganda putra terbaik tanah air saat ini. Mereka berhasil menjadi penyelamat Indonesia ketika menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia 2015.

Jauh sebelum itu, sebuah pembuktian sudah pernah dilakukan Hendra bersama Markis Kido pada Olimpiade 2008 Beijing. Merekalah yang menjadi penjaga tradisi emas olimpiade Indonesia yang dibangun sejak Olimpiade 1992 Barcelona.

Hanya saja hasil kurang sip dibuat Hendra dengan Ahsan pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Digadang-gadang menyumbangkan medali emas, mereka malah tersingkir di babak kualifikasi.

Saya berkesempatan ngobrol dengan Hendra di sela-sela peresmian GOR Jaya Raya Bintaro Jaya di Tangerang Selatan beberapa waktu lalu. Hendra mengungkapkan kegalauannya soal spekulasi masa depan bersama pelatnas, asyiknya menjadi ayah dua anak kembar--Richard Heinrich Setiawan dan Richelle Hillary Setiawan--dan sulitnya menjaga berat badan yang ideal.

Berikut petikan wawancaranya:

Tanya (T): Halo Hendra, bagaimana tanggapan dengan hasil Olimpiade Rio?

Hendra Setiawan (S): Sempat menyesali juga sih hasil di Rio kemarin, tetapi cuma sebentar. Mau bagaimana lagi kan persiapan ke Olimpiade juga sudah maksimal. Sekarang sih saya sudah lupa sama apa yang terjadi di Rio. Saya sudah move on.

T: Siapa yang dikabari pertama usai kekalahan itu?

S: Istri saya. Saya kabari dia lewat whatsapp. Malamnya baru saya telepon. Senangnya istri memberikan semangat.

T: Adakah perbedaan antara Olimpiade Rio dengan Beijing?

S: Pasangannya beda he he he. Waktu itu sama Kido, kemarin bersama Ahsan, kan. Emm... Olimpiade Rio dan Beijing sudah pasti berbeda, tetapi yang paling terasa adalah sistem pertandingan. Secara pribadi, saya kurang suka dengan sistem penyisihan grup, lebih baik langsung gugur saja.

T: Setelah bisa move on dari Olimpiade Rio, seperti apa rencana selanjutnya?

S: Rencananya saya akan ke turnamen di Jepang dan Korea, masih bersama Ahsan. Sebelum itu saya ke China dulu, ada pertandingan invitasi, cuma sehari kok. Setelah Jepang dan Korea barulah nanti pada turnamen di Eropa bersama Rian Agung Saputro. Turnamen China dan Hong Kong belum tahu lagi.

T: Di antara turnamen-turnamen itu mana yang paling menarik buatmu?

S: Korea karena saya belum pernah juara di sana.

T: Kalau berpasangan dengan Rian Agung akan terus berlanjut atau sementara saja?

S: Saya belum tahu, lihat sampai akhir tahun (melihat promosi dan degradasi pelatnas PBSI). Saat di Piala Thomas 2012 saya pernah berpasangan dengan Rian Agung. Dia mempunyai keunggulan pada bola-bola belakang yang bagus dan defense yang solid.

T: Dengan melihat kondisi saat ini, termasuk usia, masih berencana untuk tampil di Asian Games 2018? Mumpung menjadi tuan rumah?

S: Lihat akhir tahun. Saya harus membicarakannya dengan pelatih. Belum tentu saya masih di pelatnas, kan?

T: Kalau berkaca dari nomor ganda campuran bukankah pemain-pemain top yang senior masih dibutuhkan untuk mendongkrak pemain muda dengan cara dipasangkan di turnamen?

S: Masalahnya mereka mau apa enggak. Mereka yang saya maksud para pemain muda itu, juga PBSI. Tunggu akhir tahun ya.

Baca Juga: Hendra Setiawan, Pemburu Gelar di Jagat Badminton dari Pemalang

T: Selain Korea, masih penasaran atau tidak dengan trofi Piala Thomas dan Piala Sudirman?

S: Penasaran sudah pasti karena saya belum pernah mendapatkannya. Tapi kan belum tentu saya masih dibutuhkan tahun depan. Pokoknya tunggu akhir tahun soal jawaban-jawaban untuk yang seperti ini.



T: Setelah masuk usia 30-an ada perbedaan program latihan atau tidak dibandingkan di usia yang lebih muda? 

S: Latihan rutin sesuai program pelatih masih sama. Pagi mulai pukul 08.00-11.00, sore mulai lagi pukul 15.00-17.00. Kalau mau ada turnamen besar baru nambah latihan sendiri pas malam hari.

T: Saat nambah latihan itu biasanya sendiri atau ada pemain lain?

S: Ngajak pemain muda biar gampang diatur he he he.

T: Hal apa yang paling sulit diatur dalam usia saat ini?

S: Berat badan. Padahal makannya lebih sedikit tapi berat badan malah lebih banyak (kemudian tersenyum). Dulu berat badan konstan 73kg, sekarang di kisaran 80kg.

T: Lebih capek mana latihan tiga kali sehari dengan momong si kembar?

S: Momong si kembar. Mereka itu enggak bisa diam, gerak terus.

T: Ada pesan untuk para pemain muda, khususnya ganda putra?

S: Mereka harus mau ekstra kerja keras karena persaingan sudah lebih rata di semua negara. Selain itu sudah semestinya para pemain ini lebih fokus, kalau sudah badminton tidak usah mikir yang lain dulu.

====

Pernah dimuat di detikSport, 16 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar