Kekuatan pebulutangkis putri Indonesia dipandang sebelah mata. Secara mengejutkan, gadis asal Tuban, Jawa Timur, Maria Kristin Yulianti, sukses membawa
pulang perunggu dari Olimpiade Beijing.
TAK disangka, sektor putri bulu tangkis mampu menjadi penyumbang medali perunggu pada Olimpiade XXIX/2009 Beijing. Padahal, tak sedikit pun harapan ditumpukan kepada Maria Kristin.
Namun, penampilan Maria di babak perebutan medali perunggu itu berhasil menumpulkan wakil Tiongkok, Lu Lan. Dia pun membetot perhatian sang komentator.
"Penampilannya sungguh dingin, tetapi berdaya mematikan," ucap si komentator.
Hasilnya mengejutkan. Perunggu diboyong ke Indonesia. Menilik track record sang lawan, maria sama sekali tak diunggulkan. Lu Lan adalah pemegang peringkat kedua dunia, sedangkan Maria masih berada di 15 besar. Head to head juga tak mendukung kemenangan Maria di laga itu.
Tapi Maria berhasil mengoyak skenario ideal. Kemenangan atas Lu Lan sekaligus menggagalkan Tiongkok menyapu bersih tiga medali yang ditawarkan di tunggal wanita. Ya, Tiongkok berhasil menguasai medali emas dan perak dengan membuat All Chinese Finals dengan duel antara Zhang Nan dan Xie Xingfang. hasilnya, emas jatuh ke tangan Zhang Ning dan perak dimiliki Xingfang.
Perjalanan Maria ke Olimpiade Bejing ini juga boleh dibilang tak mendapatan sorotan. Berbeda dengan sektor tunggal dan ganda pria serta ganda campuran dengan Indonesi sanggup meloloskan lebih dari satu wakilnya. Di nomor tunggal putri ini, Maria menjadi satu-satunya pemain yang lolos. Itupun, tak berpredikat sebagai unggulan.
Saat didaftarkan, Maria hanya berperingkat ke-24 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Sudah begitu, sak pernah sekali pun Maria menggondol gelar juara super series, turnamen perorangan berhadiah paling besar dalam kelander BWF.
Malah, penampilannya yang tak pernah menanggalkan deker membuat banyak pihak pesimistis Maria dapat mengejar shuttlecock.
Adalah Indonesia Open 2008 di Jakarta pada bulan Juni ssebagai turnamen yang semestinya membuat para rival di nomor tunggal putri waspada. Dia menggondol predikat runner-up. Tapi, bahkan PBSI juga tak melihat ada sebuah modal berharga buat Maria sebelum turun di Olimpiade Beijing. Dia tak dipatok target apapun.
Jika disimak, sejatinya Maria telah melambung lebih dini. Bukan dari Indonesia Open, tapi Maria memetik banyak pelajaran dalam turnamen beregu putri di bulan Mei."Saya merasa titik balik perjalanan karir saya dan rekan-rekan pemain wanita dimulai pada Piala Uber lalu," ungkap Maria.
Di ajang beregu itu Maria dipaksa berjumpa dengan pebulutangkis-pebulutangkis terbaik negara-negara peserta. Maria harus menghadapi para pemain top yang mayoritas mempunyai postur tinggi menjulang, bola-bola yang lebih cepat dan permainan yang ulet.
Menurut dia, selain itu dia diasah oleh para pelatih dan orang ketiga yang amat mumpuni. Hendrawan dan Marleve Mainaky adalah duo pelatih yang memolesnya di pelatnas. Selain itu pendampingan Susy Susanti sebagai manajer dalam Tim Uber tidak bisa dianggap enteng.
Kendati Susi tak banyak mengomentari permainannya di lapangan, justru itulah yang membuatnya semakin percaya diri saat tampil di lapangan."Cik Susi hanya memberikan pernyataan yang penting-penting, motivasi, dan berusaha meyakinkan bahwa kami benar-benar bisa," ucap wanita kelahiran 25 Juni 1985 tersebut.
Tanpa adanya beban target dari PB PBSI, Maria melangkah pasti menuju Beijing.Tak sedikit pun firasat perunggu akan dibawa pulang. Namun, kemenangannya atas juara All England asal Denmark Tine Rasmussen membuat sulung di antara tiga bersaudara itu semakin percaya diri.
"Dari sana, mimpi mulai dibangun. Tapi, Zhang Ning (pebulu tangkis Tiongkok yang akhirnya meraih emas, Red) benar-benar pemain yang memiliki kekuatan mental dan teknik yang komplet," kenang Maria.
Untung, Lu Lan yang menjadi lawan di perebutan perunggu tak mampu menghapi penampilan kalem Maria."Saya sudah merasa menang waktu melihat penampilan Lu Lan di perebutan peringkat ketiga. Tapi, terus terang saya malah tidak memikirkan akan dapat perunggu," ucap Maria.
Torehan manis itu membuat Maria semakin optimistis menempati papan atas dunia. Tetapi, dia tak menampik perjalanan akan semakin sulit karena lawan sudah mengetahui kekuatan yang dimilikinya.
"Yang penting berlatih dan tetap mengikuti pertandingan yang ada karena ranking sangat dipengaruhi frekuenmsi pertandingan," tegasnya.
Tak memikirkan bonus Maria?"Saya belum tahu akan mendapatkan dari mana saja. Tetapi, yang jelas, sudah ada janji dari pemerintah dan sudah mendapatkan dari klub," tukas Maria.
Pernah dimuat di Jawa Pos, 28 Agustus 2008
TAK disangka, sektor putri bulu tangkis mampu menjadi penyumbang medali perunggu pada Olimpiade XXIX/2009 Beijing. Padahal, tak sedikit pun harapan ditumpukan kepada Maria Kristin.
Namun, penampilan Maria di babak perebutan medali perunggu itu berhasil menumpulkan wakil Tiongkok, Lu Lan. Dia pun membetot perhatian sang komentator.
"Penampilannya sungguh dingin, tetapi berdaya mematikan," ucap si komentator.
Hasilnya mengejutkan. Perunggu diboyong ke Indonesia. Menilik track record sang lawan, maria sama sekali tak diunggulkan. Lu Lan adalah pemegang peringkat kedua dunia, sedangkan Maria masih berada di 15 besar. Head to head juga tak mendukung kemenangan Maria di laga itu.
Tapi Maria berhasil mengoyak skenario ideal. Kemenangan atas Lu Lan sekaligus menggagalkan Tiongkok menyapu bersih tiga medali yang ditawarkan di tunggal wanita. Ya, Tiongkok berhasil menguasai medali emas dan perak dengan membuat All Chinese Finals dengan duel antara Zhang Nan dan Xie Xingfang. hasilnya, emas jatuh ke tangan Zhang Ning dan perak dimiliki Xingfang.
Perjalanan Maria ke Olimpiade Bejing ini juga boleh dibilang tak mendapatan sorotan. Berbeda dengan sektor tunggal dan ganda pria serta ganda campuran dengan Indonesi sanggup meloloskan lebih dari satu wakilnya. Di nomor tunggal putri ini, Maria menjadi satu-satunya pemain yang lolos. Itupun, tak berpredikat sebagai unggulan.
Saat didaftarkan, Maria hanya berperingkat ke-24 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Sudah begitu, sak pernah sekali pun Maria menggondol gelar juara super series, turnamen perorangan berhadiah paling besar dalam kelander BWF.
Malah, penampilannya yang tak pernah menanggalkan deker membuat banyak pihak pesimistis Maria dapat mengejar shuttlecock.
Adalah Indonesia Open 2008 di Jakarta pada bulan Juni ssebagai turnamen yang semestinya membuat para rival di nomor tunggal putri waspada. Dia menggondol predikat runner-up. Tapi, bahkan PBSI juga tak melihat ada sebuah modal berharga buat Maria sebelum turun di Olimpiade Beijing. Dia tak dipatok target apapun.
Jika disimak, sejatinya Maria telah melambung lebih dini. Bukan dari Indonesia Open, tapi Maria memetik banyak pelajaran dalam turnamen beregu putri di bulan Mei."Saya merasa titik balik perjalanan karir saya dan rekan-rekan pemain wanita dimulai pada Piala Uber lalu," ungkap Maria.
Di ajang beregu itu Maria dipaksa berjumpa dengan pebulutangkis-pebulutangkis terbaik negara-negara peserta. Maria harus menghadapi para pemain top yang mayoritas mempunyai postur tinggi menjulang, bola-bola yang lebih cepat dan permainan yang ulet.
Menurut dia, selain itu dia diasah oleh para pelatih dan orang ketiga yang amat mumpuni. Hendrawan dan Marleve Mainaky adalah duo pelatih yang memolesnya di pelatnas. Selain itu pendampingan Susy Susanti sebagai manajer dalam Tim Uber tidak bisa dianggap enteng.
Kendati Susi tak banyak mengomentari permainannya di lapangan, justru itulah yang membuatnya semakin percaya diri saat tampil di lapangan."Cik Susi hanya memberikan pernyataan yang penting-penting, motivasi, dan berusaha meyakinkan bahwa kami benar-benar bisa," ucap wanita kelahiran 25 Juni 1985 tersebut.
Tanpa adanya beban target dari PB PBSI, Maria melangkah pasti menuju Beijing.Tak sedikit pun firasat perunggu akan dibawa pulang. Namun, kemenangannya atas juara All England asal Denmark Tine Rasmussen membuat sulung di antara tiga bersaudara itu semakin percaya diri.
"Dari sana, mimpi mulai dibangun. Tapi, Zhang Ning (pebulu tangkis Tiongkok yang akhirnya meraih emas, Red) benar-benar pemain yang memiliki kekuatan mental dan teknik yang komplet," kenang Maria.
Untung, Lu Lan yang menjadi lawan di perebutan perunggu tak mampu menghapi penampilan kalem Maria."Saya sudah merasa menang waktu melihat penampilan Lu Lan di perebutan peringkat ketiga. Tapi, terus terang saya malah tidak memikirkan akan dapat perunggu," ucap Maria.
Torehan manis itu membuat Maria semakin optimistis menempati papan atas dunia. Tetapi, dia tak menampik perjalanan akan semakin sulit karena lawan sudah mengetahui kekuatan yang dimilikinya.
"Yang penting berlatih dan tetap mengikuti pertandingan yang ada karena ranking sangat dipengaruhi frekuenmsi pertandingan," tegasnya.
Tak memikirkan bonus Maria?"Saya belum tahu akan mendapatkan dari mana saja. Tetapi, yang jelas, sudah ada janji dari pemerintah dan sudah mendapatkan dari klub," tukas Maria.
Pernah dimuat di Jawa Pos, 28 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar