Jumat, 26 Agustus 2016

'Kali Ciliwung' Sudah Bersih, Rexy Mainaky Pede Tradisi Emas Berlanjut

Bersih-bersih yang dibuat Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky, di PBSI dinilai berhasil. Dia optimistis tradisi emas Indonesia dari bulutangkis berlanjut.



Rexy menjadi salah satu sosok penting dalam perubahan PP PBSI yang kini berhasil mengembalikan tradisi emas olimpaide. Kehadirannya yang didukung barisan pelatih berkualitas dinilai telah mengubah atmosfer pelatnas Cipayung.

Padahal Rexy tak menganggur saat kepengurusan PP PBSI memasuki periode baru, dari yang dipimpin Djoko Santoso ke tangan Gita Wirjawan. Rexy terlanjur teken kontrak dengan Filipina setelah tak lagi menjadi pelatih di Malaysia dan sebelumnya menangani Inggris.

Kepercayaan dari Gita dan rekan-rekan serta kakak kandungnya yang sudah bertahun-tahun menjadi pelatih di pelatnas, Richard Mainaky, dan pasangannya kala menjadi pemain, Ricky Soebagdja, membuatnya pulang. 3,5 tahun sejak itu Indonesia berhasil meraih sekeping emas olimpiade yang sempat terhenti di London tahun 2012.

Oleh Gita, Rexy diganjar bonus tak kurang dari Rp 1 miliar sebagai apresiasi kerja kerasnya. DetikSport mendapatkan kesempatan berbincang dengan Rexy di pelatnas Cipayung pekan ini. Dia bilang sama sekali tak menyangka bakal dapat bonus tersebut.


Inilah obrolan dengan Rexy di Cipayung, Kamis (25/8/2016):

Tanya (T): Selamat PBSI berhasil mengembalikan lagi tradisi emas olimpiade. Apakah satu emas ini sesuai target pribadi Anda?
Rexy Mainaky (R): Saat Pak Gita menelepon saya untuk kembali ke Indonesia, saya bertekad untuk mengembalikan tradisi emas olimpiade. Saya bilang istri saya agar mendoakan biar saya berhasil.

T: Dari mana keyakinan Anda bisa mengemban tugas itu?

R: Karena saat saya jadi pemain, saya bisa meraih emas. Setelah menjadi pelatih, pemain saya bisa memenangkan gelar juara Asian Games dan perak olimpiade. Nah, setelah menjadi pengurus di Indonesia saya bertekad untuk kembalikan tardisi emas yang terputus.

T: Sudah lunas semua berarti harapannya?
R: Yes! Lunas semua sekarang. Saat di Rio itu, setelah Owi Butet menang, saya sujud dan bilang kerja keras saya sudah lunas terbayar dengan emas ini.

T: Kerja keras terbayar dengan emas ditambah dengan bonus yang--kata Pak Gita--tidak kurang dari Rp 1 miliar. Bagaimana tanggapan Anda?
R: Sebelum berangkat ke Campinas, Pak Gita sendiri yang langsung ngomong. Yang mengesankan, kali ini PBSI ini tidak hanya memberikan bonus kepada pelatih dan pemain serta orang-orang yang terlibat dalam pertandingan tapi semua karyawan. Pak Gita memang mau semua dari atas sampai bawah mendapatkan bonus. Dia mempunyai pertimbangan kalau atlet baru bisa berlatih tenang karena ada yang ngepel lapangan.

Baca Juga: Generasi Kedua Mainaky Bersaudara

T: Saat dipanggil Pak Gita agar Anda pulang ke Indonesia, apakah sudah menyangka kalau tekanan dari publik akan sangat besar sebagai pengurus PBSI?

R: Setelah dipanggil pulang, saya telpon Richard. Dia bilang saya harus siap. Saya telpon Ricky Soebagdja untuk tukar pikiran dengan saya. Saya bilang PBSI mau juara olimpaide dan dia percaya kalau saya mampu menerima tugas itu. Sebagai pemain saya sudah tahu besarnya tekanan itu. Bahkan tekanan di Malaysia lebih besar lagi. Kalau mau nyaman saya akan memilih untuk kembali ke Inggris saat melatih di Filipina. Saya ambil risiko ini dan optimistis bisa! Faktor media itu risiko. Sejak dulu saya katakan kalau gagal salahkan saya, jangan atlet. Risiko harus hadapi.


T: Dari mana semua kepemimpinan dan sistem yang Anda terapkan di PBSI?

R: Sebagai pemain saya pernah tiga tahun tidak pernah kalah. Itu saya dapatkan karena saya mau belajar dari segala kegagalan. Jadi, saya bisa tahu apa saja yang masih kurang. Saya selalu mau maju dan bekerja keras.

T: Seberapa besar perubahan yang sudah dibuat PBSI periode ini?

R: Saya enggak mau menjelekkan pengurus yang dulu. Tapi saya dengar dari pemain kalau di Cipayung tidak ada rasa menghargai satu sama lain lagi. Saya masuk ke sini saya betulkan di dalam pelatnas dulu. Kan bisa dilihat, sekarang 'Kali Ciliwung' sudah bersih, tapi saya mau ekor ke kepala sampai ke ekor lagi bersih semua. Dengan perubahan-perubahan itu tradisi emas bisa kembali. Tinggal bagaimana dijaga dan makin memperkokoh apa yang sudah didapatkan. Pak Gita mengingatkam saya kepada Tri Sutrisno. Kita punya generasi yang bagus di zaman saya. Asian Games lawan siapa saja itu sudah nomor satu. Negara lain cuma berebut nomor dua.

T: Idealnya mulai kapan persiapan ke olimpiade berikutnya dimulai?

R: Dari sekarang, jangan tunggu nanti-nanti. Tidak perlu menunggu siapa kepengurusan baru. Kita harus punya target untuk loloskan pemain tidak hanya satu atau dua ke dalam daftar pemain ke olimpiade. Para pemain tinggal berebut tempat nantinya. Nah, pada last minute tinggal menentukan siapa yang akan didorong.

T: Pak Gita bilang menargetkan tiga emas pada Olimpiade 2020 Tokyo. Apakah PBSI akan tetap bertumpu pada tiga sektor yang kuat saat ini?
R: Tidak. Tunggal putri bisa. Lima nomor bisa punya peluang. Bukan lagi ganda putra atau ganda campuran. Negara-negara lain sedang dalam masa tidak punya pemain-pemain muda yang menonjol. China sampai sekarang masih andalkan yang tua. Tapi China juga beri pelajaran karena sesekali memunculkan pemain mudanya.

Baca Juga: Generasi Kedua Mainaky Bersaudara



T: Ini peluang Indonesia untuk bangun generasi juara baru?

R: Ya betul. empat tahun lagi, pemain-pemain kita justru akan memasuki usia matang. Kalaupun misalnya Debby benar-benar pensiun kita tinggal cari pasangan Praveen. Kita siapkan penggantinya. Kita harus siapkan pemain-pemain yang bisa menguasai 10 besar dunia di nomor ganda. Dimulai dari sekarang bukan nanti saat kualifikasi.

T: Lebih pusing mana jabatan saat ini atau pemain?

R: Saya bilang kalau selama ini saya enggak pusing. Pusing itu kalau ketua umum ikut campur, orang tua ikut campur dan lainnya. Kalau sudah seperti itu saya akan lari dari PBSI he he he.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar