Sirkuit Sentul yang berada di Bogor ini cukup mudah dijangkau dari Jakarta. Menyambangi dua sirkuit sekaligus, saya berkesempatan ngobrol dengan M. Fadli yang kini jadi pebalap sepeda.
M. Fadli berlatih di Sirkuit Sentul (Foto: Grandyos/detikcom)
Kamis (16/2/2017) pagi, Jakarta masih menyisakan hujan semalam. Namun, saya bersikukuh rencana ke Sirkuit Sentul tak boleh batal.
Pertama, saya sudah kadung janjian dengan M. Fadli alias Muhammad Fadli Immamudin untuk berbincang-bincang soal persiapan ke Kejuaraan Asia Balap Sepeda 2017. Kedua, rekan saya Grandyos juga telah bersedia menemani buat datang ke sana.
Mungkin karena hujan pula, pesanan taksi online menjadi tak mudah. Tiga operator berbeda saya coba, tapi hampir semua bilang sorry.
Barulah setelah sekitar 30 menit mencoba, gocar bersedia menerima pesanan. Tapi rupanya dia masih cukup jauh dari lokasi saya di Warung Buncit, Jakarta Selatan. Mobil masih berada di area Pasar Minggu, sekitar 10 menit perjalanan ke tempat saya memesan.
Barulah pukul 06.40 mobil tiba dan mengangkut saya. Grandy bilang dia menunggu di McDonald Cibubur.
Beruntung jalanan lancar. Sekitar 30 menit kami sampai di Sirkuit Sentul. Double beruntung karena matahari di kawasan Sentul tengah berani.
M. Fadli di Sirkuit Karting Sentul, Bogor di sela-sela sebagai instruktur 43 Racing School
Soal ini saya sempat waswas karena teman-teman lain yang melongok Sentul sehari sebelumnya tak kebagian panas. "Hujan deras," kata Aprelia Wulansari. Rombongan mereka pun hanya sempat mengamati M. faldi berlarih rolling di teras rumah dia di Sentul City.
Tapi saya lupa menanyakan Fadli latihan di sirkuit mana? Sirkuit besar atau Sirkuit Karting? Untuk mengontaknya jelas tak bakal ada jawaban. Sebab, dia pasti telah memulai gowes sejak pagi seperti jadwal-jadwal sebelumnya.
Sementara, pelatih M. Fadli dalam persiapan ke Kejuaraan Asia 2017, Puspita Mustika Adya, tak mendampingi. Dia tengah melatih di tempat lain.
Satu-satunya jalan yakni bertanya kepada satpam di gerbang masuk Sirkuit Sentul. Satpam yang berjaga menjawab M. Fadli biasa latihan di Sirkuit Karting. Saya juga haqul yakin M. Fadli ada di sana. Sebab, sekolah balap 43 Racing School miliknya memang bermarkas di sana. Oke, kami menuju Sirkuit kecil itu.
Sampai di sana sirkuit masih sepi. Beberapa orang yang tengah utak-atik motor bilang kalau M. Fadli biasanya tiba pukul 08.30.
Kami pun berasumsi M. Fadli pasti latihan di sirkuit besar yang jaraknya sekitar 200 meter dari Sirkuit Karting ini.
kami pun balik badan. Kami kembali menuju Sirkuit besar. Di pintu masuk kami dicegar satpam. dia menanyakan tujuan sekaligus meminta bayaran tiket masuk Rp 10 ribu.
Kami masih meneruskan perjalanan ke arah paddock. Sesampainya di sana, dua petugas keamanan kembali mencegat kami dan menanyakan keperluan. Kali ini duo satpam lebih ramah.
M. Fadli dengan sepeda barunya dalam persiapan ke Kejuaraan Asia Para-Cycling di Bahrain, Februari 2017 (Foto: Gradyos Zafna)
Mereka segera mengarahkan kami ke pinggir lintasan. "Nanti Fadli lewat situ," kata salah satunya.
Sampai di pinggir lintasan, benar, tak lama kemudian M. Fadli lewat. Dia melambaikan jemarinya.
Gayanya sudah mirip pebalap profesional. Berpakaian serba ketat plus helm dan sepatu sepeda, dia juga menaiki sepeda road race buatan Prancis Look dari Technobike.
Selain itu, satu hal sangat menarik juga terlihat antara M. Fadli dan Sirkuit Sentul ini. Ada sebuah fakta yang amat kontras antara keduanya. Memang pagi ini saya belum berbincang cukup banyak dengan dia. Namun, saya sudah mengawali ketika ngobrol via telepon beberapa hari lalu.
Lewat telepon itu, M. Fadli menunjukkan dirinya sebagai seorang yang pantas menjadi inspirasi. Semangatnya tak menurun meski dia kehilangan satu kaki. Ya, M. Fadli harus merelakan kaki kiri di baah lututnya diamputasi. Kaki itu remuk dalam kecelakaan saat melakukan selebrasi di Sirkuit Sentul ini pada 2015.
Beruntung obrolan pertama itu lewat telepon. Kalau tidak saya pasti menuai malu. Saya dibuat terharu, salut dan perasaan lain yang mewakili kekaguman sepanjang obrolan.
Semangat pantang menyerah M. Fadli begitu berkebalikan 180 derajat dengan muramnya Sirkuit Sentul ini. Apalagi dengan kebaruan teknologi sepeda Look yang dipakai M. Fadli serta asesoris yang dikenakannya. Garmin, arloji digital, dan telepon genggam dengan apps yang mampu merekam setiap kayuhannya.
Dengan satu kaki itu, M. Fadli tak meninggalkan adu balap. Hanya saja dia tampil lewat cara yang berbeda. M. Fadli menekuni cabang paracycling alias balap sepeda untuk difabel.
"Sama-sama saja kok, cuma pindah cabang olahraga. Saya tidak lantas berhenti melakukan apapun setelah peristiwa itu," kata M. Fadli.
Bagaimana nasib Sirkuit Sentul? Sirkuit Sentul diam-diam saja, bingung mau jadi apa.
Sebuah angin segar sempat berembus kala muncul wacana Indonesia bakal jadi tuan rumah MotoGP 2018. Si pengelola Tinton Suprapto sempat optimistis balapan itu akan digelar di Sirkuit Sentul. Artinya, Sirkuit Sentul berpotensi bakal direnovasi, baik lintasan maupun fasilitas pendukungnya. Faktor kebaruan akan ada pada sirkuit yang selesai dibangun pada 1994 itu.
Padahal menilik usia, Sirkuit Sentul masih lebih muda ketimbang M. Fadli. Bulan Juli tahun ini M. Fadli akan genap berusia 32 tahun. Sementara Sirkuit Sentul semestinya tengah dalam masa puber yang ingin menarik perhatian lawan jenis.
Atau justru karena usia itu, M. Fadli menjadi lebih bijak dalam menentukan sikap. Sementara Sirkuit Sentul adalah ABG yang memilih untuk menyerah kepada uluran tangan orang 'gila' yang entah kapan menghampirinya.