Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015 sekaligus menjadi ajang reuni para mantan pemain era 1970-an. Ngobrol soal kesehatan dan batu akik jadi tema pembicaraan yang menghangatkan pertemuan mereka.
Audisi Kudus tak hanya jadi tempat penyaringan atlet untuk mengisi PB Djarum, sebagai audisi terakhir dan grand final. Tapi, juga menjadi tempat reuni para legenda bulutangkis Indonesia.
Djarum mendatangkan 14 pemain legenda ke markas mereka di GOR Djarum, Jati, Kudus selama empat hari penuh. Mereka -- Christian Hadinata, Lius Pongoh, Eddy Hartono, Hariyanto Arbi, Kartono Hari Atmanto, Heryanto Saputra, Liem Swie King, Denny Kantono, Bobby Entarto, Simbarsono Sutanto, Johan Wahyudi, Maria Kristin Yulianti, Hastomo Arbi, dan Fung Permadi -- tiba di Kudus sejak Senin (31/8/2015) sampai hari ini (3/9/2015).
Meski memiliki nama besar di dunia bulutangkis, beberapa dari mereka sudah lama menghilang dari dunia olahraga. Johan Wahjudi, misalnya, sejak gantung raket di tahun 1982 dia seolah bertapa dan menjauh dari dunia bulutangkis, juga rekan-rekannya sesama pemain. Pekan ini, di Kudus, setelah 33 tahun, dia berjumpa lagi dengan Liem Swie King dan Hadiyanto.
"Enggak menyangka ya kalau kami bisa berjumpa saat ini, bahkan sampai banyak begini," kata Johan, pemilik enam gelar juara All England di nomor ganda putra bersama Tjun Tjun itu.
"Justru saya yang menghubungi Pak Yoppy (Rosimin, program director Djarum Bakti Indonesia) lebih dulu. Kata salah satu rekan saya, Pak Yoppy berulang kali menghubungi saya tapi sulit. Kemudian saya minta nomornya Pak Yoppy dan sayatelpon dia. Karena gregetan dengan prestasi bulutangkis nasional saat ini," tutur mantan pemain asal Malang, Jawa Timur itu.
Baca juga: Liem Swie King dan Hastomo Arbi, Awal Cikal Bakal PB Djarum Kudus
Rupanya, Johan sudah menyimpan kerinduan kepada dunia olahraga nasional sejak mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan olahraga nasional dari Kemenpora di tahun 2013. Sejak itu dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk peduli lagi dengan olahraga nasional. Apalagi dari berbagai sumber dia mendapati kalau prestasi bulutangkis Indonesia sedang naik turun
Komunikasi dengan Yoppy membuat Johan makin happy. Dia tak sendirian diajak untuk berkumpul dalam rangkaian audisi.
"Ternyata Pak Yoppy juga mengajak mantan-mantan pemain lain. Saya langsung kontak-kontakan dengan Liem Swie King. eh rupanya dia bersedia juga, saya makin semangat," ucap pria yang kini berusia 62 tahun itu.
Tak dinyana, pertemuan dengan Sie King terjadi lebih cepat dari bulan September. Mereka tergabung menjadi tim pemandu bakat di Jember, kota pertama audisi Djarum, empat bulan lalu.
Pertemuan di Jember itu menjadi pertemuan pertama sejak 1982. Itu ketika Johan memutuskan untuk pensiun.
"Saya lihat dia, tidak banyak berubah. Wajahnya kan memang baby face gitu dari dulu. Pertama-tama saya tanyakan kesehatan dia. Saya lihat jalannya sedikit pincang, ada apa? Saya beri obat," kata dia.
Berjalannya audisi hingga sembilan kota membuat mereka menjadi lebih sering berjumpa. Obrolan pun berkembang sampai ke hal-hal lain. Pertemuan paling baru terjadi di Kudus dalam audisi kesembilan ini. Hobi yang sama--selain bulutangkis--dilakoni bersama-sama.
"Kami nyari batu akik bersama-sama di Werdu. Bersama-sama Lius, Hardiyanto, dan Haryanto Arbi dan salah satu teman kami. Kami gunakan waktu istirahat, sekalian buat jalan-jalan he he he," kata Swie King.
"Saya ikut-ikut saja soal batu akik. Di rumah ada beberapa tapi belum sampai 100 biji kok. Saya juga mencari batu akik khas daerah kalau kebetulan sedang pergi ke daerah-daerah," jelas pria yang dikenal sebagai King Smash itu.
Baca juga: PB Djarum Buka-bukaan soal Dapur dan Nutrisi
Yoppy mengakui ada upaya khusus untuk mengumpulkan para legenda itu. Utamanya untuk merangkul kembali Johan dan Swie King.
"Paling sulit dua orang itu. Mereka kan sempat lama 'bertapa di gunung'. Saya rayu, Liem Swie King untuk kembali ke Kudus. Dia kan orang Kudus asli. Dia juga punya nama besar dari bulutangkis. Akhirnya bersedia," kata Yoppy.
"Saya juga coba untuk ajak Tjun Tjun. Dia tidak menolak tapi samai hari H tidak hadir, Mungkin ada sesuatu hal. Tidak apa-apa. Kami mengumpulkan legenda-legenda ini bukan melulu karena Djarum tapi karena mereka mantan pemain yang mempunyai kemampuan kelas dunia," jelas Yoppy.
Malam ini tampaknya bakal jadi malam terakhir kebersamaan mereka di Kudus. Itu bersamaan dengan berakhirnya audisi umum PB Djarum.
"Tidak, sama sekali tidak ada penyesalan untuk kumpul-kumpul seperti ini. Sebaliknya saya senang karena tidak cuma reuni tapi juga rencananya akan sering ke Kudus untuk memantau perkembangan mereka," jelas Swie King.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar