Garuda Bandung menjadi tim pertama Fictor Gideon Roring setelah sempat memutuskan mundur sebagai pelatih klub basket Indonesia. Apa alasan dia comeback?
Ito --sapaan karib Fictor Gideon Roring—terakhir menangani Satria Muda di tahun 2011, sebelum menukangi Indonesia Warriros selama setahun kemudian. Setelah itu, dia mengucapkan 'sayonara' ke basket Indonesia untuk mengikuti istrinya, Ellen Tuwaidan, ke Singapura.
"Di sana (Singapura) saya tidak melatih tim manapun. Rasanya gatal untuk bisa melatih lagi," kata Ito di Hall A Basket Senayan, Jakarta, kemarin.
Sejak tahun lalu ia kembali ke tanah air, memboyong pula istri kedua anaknya, Nathaniel Vitya Roring dan Anastasia Katryna Roring, ke Jakarta. Kala itu ia diminta PP Perbasi untuk menangani timnas basket Indonesia di SEA Games 2015, dan perak berhasil diraih.
Setelah timnas dibubarkan, Ito berniat kembali ke Singapura. Tapi, kebetulan pekerjaan istri kembali ke Jakarta.
"Pas beberapa klub meminta saya untuk jadi pelatih. Di antara banyak pilihan itu saya paling pas dengan manajemen Garuda yang diisi orang-orang muda," tutur pria kelahiran Manado, 18 Desember 1972, itu.
Ito paham benar jika situasi Garuda dan klub lamanya, SM, amat berbeda. SM menjadi salah satu tim terkuat di persaingan basket nasional. Sementara, Garuda menjadi tim papan tengah dan sekadar pengganggu di eranya.
Pergantian manajemen dan materi pemain saat ini juga masih kalah dengan Aspac, SM, Pelita Jaya, dan CLS Knights Surabaya. Situasi itu tak menyurutkan semangat Ito. Sebaliknya, dia justru tertantang untuk memoles Garuda agar berkembang menjadi sebuah tim kuat setara SM yang selama tujuh tahun dipolesnya.
Ito juga tak terganggu dengan perbedaan fans di Hall A Gelora Bung Karno, Senayan. Ketika SM tampil, stadion selalu penuh dengan sporter, sebaliknya kini dia tak mendapatkan dukungan khusus dari luar lapangan.
"Bukan berarti saya sok-sokan, saya realistis. Dengan pemain yang ada dan aturan yang membolehkan naturalisasi persaingan akan berat. Saya butuh waktu untuk membuat tim ini ke papan atas. Saya tidak akan membuat owner tim ini kecewa," tekad Ito.
Pernah dimuat di detikcom 15 Januari 2015
Ito --sapaan karib Fictor Gideon Roring—terakhir menangani Satria Muda di tahun 2011, sebelum menukangi Indonesia Warriros selama setahun kemudian. Setelah itu, dia mengucapkan 'sayonara' ke basket Indonesia untuk mengikuti istrinya, Ellen Tuwaidan, ke Singapura.
"Di sana (Singapura) saya tidak melatih tim manapun. Rasanya gatal untuk bisa melatih lagi," kata Ito di Hall A Basket Senayan, Jakarta, kemarin.
Sejak tahun lalu ia kembali ke tanah air, memboyong pula istri kedua anaknya, Nathaniel Vitya Roring dan Anastasia Katryna Roring, ke Jakarta. Kala itu ia diminta PP Perbasi untuk menangani timnas basket Indonesia di SEA Games 2015, dan perak berhasil diraih.
Setelah timnas dibubarkan, Ito berniat kembali ke Singapura. Tapi, kebetulan pekerjaan istri kembali ke Jakarta.
"Pas beberapa klub meminta saya untuk jadi pelatih. Di antara banyak pilihan itu saya paling pas dengan manajemen Garuda yang diisi orang-orang muda," tutur pria kelahiran Manado, 18 Desember 1972, itu.
Ito paham benar jika situasi Garuda dan klub lamanya, SM, amat berbeda. SM menjadi salah satu tim terkuat di persaingan basket nasional. Sementara, Garuda menjadi tim papan tengah dan sekadar pengganggu di eranya.
Pergantian manajemen dan materi pemain saat ini juga masih kalah dengan Aspac, SM, Pelita Jaya, dan CLS Knights Surabaya. Situasi itu tak menyurutkan semangat Ito. Sebaliknya, dia justru tertantang untuk memoles Garuda agar berkembang menjadi sebuah tim kuat setara SM yang selama tujuh tahun dipolesnya.
Ito juga tak terganggu dengan perbedaan fans di Hall A Gelora Bung Karno, Senayan. Ketika SM tampil, stadion selalu penuh dengan sporter, sebaliknya kini dia tak mendapatkan dukungan khusus dari luar lapangan.
"Bukan berarti saya sok-sokan, saya realistis. Dengan pemain yang ada dan aturan yang membolehkan naturalisasi persaingan akan berat. Saya butuh waktu untuk membuat tim ini ke papan atas. Saya tidak akan membuat owner tim ini kecewa," tekad Ito.
Pernah dimuat di detikcom 15 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar