Air mata tak bisa berhenti mengalir dari pelupuk mata Risa saat dia mendapatkan kalungan medali emas di Bukit Dane Song, sebelah barat kota Vientiane, Laos tak akan pernah dilupakan Risa Suseanty. Dia begitu terharu, bahagia, tapi tak bisa menafikkan jika ada getir yang bercampur.
Perempuan kelahiran Bandung 25 Oktober 1980 tersebut tak cuma merasa emas yang dikalungkan Menpora Andi Mallarangeng itu bukan sekadar bukti sukses kerjanya mewakili Indonesia di SEA Games. Medali itu jelas spesial bagi kontingen Merah Putih.
Emas itu memang istimewa karena menjadi emas pertama bagi kontingen Indonesia. Emas itu juga terkesan makin mengilap karena membayar lunas paceklik emas dari nomor downhill putri dua tahun sebelumnya.
Emas tersebut juga menjadi istimewa bukan karena Risa bisa makin mengukuhkan diri sebagai ratu downhill Asia Tenggara. Tapi jauh lebih besar dari itu.
Bagi Risa pribadi emas itu menjadi bukti jika dia seorang pekerja profesional. Ya, tak banyak yang tahu jika air mata itu amat mewakili Risa yang luar biasa bahagia tapi juga ada kesedihan yang dirasakan dia.
Dua tahun lalu, di ajang serupa yang dihelat di Nakhon Ratchasima Thailand, Risa sama sekali tak punya kesempatan tampil bersama tim nasional (timnas). Dia dijegal sebelum berangkat hanya karena dinilai mengikuti even tanpa sepengetahuan PB ISSI.
Tak hanya itu, jika dirunut Risa lama tak menyumbangkan medali emas untuk Merah Putih di pesta olahraga dua tahunan bangsa-bangsa se-Asia Tenggara itu. Setelah sukses mencetak hattrick di SEA Games 1997 di Jakarta, Brunei (1999), dan Malaysia (2001), prestasi Risa justru merosot di SEA Games berikutnya.
Wanita yang menekuni balap sepeda sejak berusia 13 tahun itu hanya membawa pulang perak dari SEA Games 2003 di Vietnam. Dua tahun kemudian, pada SEA Games di Filipina tahun 2005, Risa malah cuma kebagian perunggu.
"Tak ada yang tahu jika saya menangis karena emas itu sekaligus pertanda akhir dari rumah tangga saya,” tutur putri pasangan Koesnaedy dan Erwin Kurdiana tersebut.
"Saya seperti baru terlahir kembali setelah menjadi juara di Laos,” ujar pebalap yang besar di Bekasi itu.
Rupanya tangisan itu juga disebabkan duka mendalam Risa yang harus berpisah dengan Tan Hong Chun. Biduk pernikahan yang dibangun tahun 2006 hancur lebur. Di tengah-tengah kemelut rumah tangga itu, Risa masih dituntut prestasi tinggi. Kombinasi dua hal itu membuat bobot badan Risa terjun bebas.
Sudah begitu, mau tidak mau dia harus selalu berpapasan dengan mantan suami. Hong Chun juga menjadi kontestan di SEA Games laos itu. Beruntung keluarga sangat mendukung Risa untuk bangkit kembali.
"SEA Games Laos sangat berkesan bagi saya, karena itu menjadi pertanda kembalinya saya dengan merebut kembali medali emas di saat yang tak mudah buat kehidupan pribadi saya. Lagipula usia saya tak lagi muda,” tutur penyuka musik jazz itu.
"Emas dan even ini tak akan pernah saya lupakan,” imbuh dia.
Waktu berlalu, tahun ini Risa genap 31 tahun. Risa sudah punya gandengan baru. Dia jawara BMX Asia, Steven Wong. Seolah mendapatkan suntikan motivasi lain, Risa kian giat berlatih.
Semuanya menjadi lebih lapang saat ini. Risa menilai keprofesionalan dialah yang sudah membawa banyak hasil positif saat ini. Nyatanya, apresiasi dari banyak pihak didapatkan pembalap yang identik dengan rambut ala salah satu vokalis Duo Ratu, Maiya Estianti itu.
Risa dipercaya sebagai ambassador banyak produk. Di antaranya power balance, oakley, dan wim cycle. Sebelumnya Risa juga pernah digandeng Hino, merekan mobil. Boleh dibilang Risa cukup awet menjadi brand ambassador produk tersebut. Oakley sejak 2005 menjadikan Risa brand ambassador.
Dari sana, dia mendapatkan materi yang tak sedikit. Tanah seluas 1.200 meter persegi di kawasan Dago, Bandung dipilih sebagai investasi. Dua mobil juga menjadi teman yang memudahkan aktivitas Risa.
"Kalau mengandalkan sepeda saja tak akan cukup. Untunglah banya pihak yang menghargai profesionalitas saya,” kata jebolan SMA Ragunan itu.
Memang untuk mendapatkan itu semua, Risa tak hanya bermodal prestasi. Meski harus berpeluh setiap hari dia rutin merawat tubuh. Berdandan juga bukan aktivitas yang diharamkannya. Risa juga tak canggung diajak berfoto atau harus berbicara di depan publik. Justru dari sana sisi feminim Risa tak pernah tenggelam dengan kesehariannya dengankostum gombrang dan helm super gede.
"Dengan berdandan itu bisa menjadi ciri kita, makanya saya suka menjadi seseorang yang unik, lain daripada yang lain,” tegas dia.
Kemampuan bahasa asing juga diasah. Pembawaan supel dan tak meremehkan lawan bicara menjadi modal lain yang dimiliki Risa. Oki Raspati, pelatih Risa di pelatnas, tak segan memuji anak didiknya itu.
"Risa tak perlu disuruh. Dia sudah sangat tahu kebutuhannya sebagai pembalap nasional,” puji Oki.
Selain itu, menurut Oki, Risa tak hanya bermodal berlatih keras setiap hari. Tapi Risa juga memiliki kepercayaan diri dan menyiapkan dirinya sebagai aset yang tak hanya berprestasi di lintasan.
"Ini yang berbeda dari Risa. Dia memiliki nilai jual yang tinggi,” ucap Oki.
panduan slot agar bermain selalu HOKI bergabung segera bersama kami di WInning303
BalasHapusAyo Segera Daftar Akun Bermain Anda..Gratiss..
Klik >>>>>>> Daftar Game Slot
Hubungi Segera:
WA: 087785425244
Cs 24 Jam Online