Maulwi Saelan tutup usia. Impian kiper legendaris itu untuk kembali melihat tim nasional bermain di Olimpiade terbawa sampai mati.
Kabar duka tersiar duka tersiar Senin (10/10/2016) petang. Maulwi, seorang mantan kiper nasional yang juga mantan Ketua PSSI, wafat.
Usia Maulwi memang tidak lagi muda. Beliau menutup usia pada umur 90 tahun. Pria kelahiran Makassar itu sempat sakit dan dirawat di RS Pertamina karena menderita komplikasi gangguan jantung, ginjal, dan paru-paru.
Siang tadi, Selasa (11/10/2016), beliau dimakamkan di pemakaman Kalibata Jakarta. Eks pemain nasional melepas kepergiannya.
Maulwi memang legenda di sepakbola nasional. Dia kiper nasional. Menjadi kapten kala tim nasional bermain di Olimpiade 1956. Kisah heroik Maulwi dan timnas terekam Harian Merdeka yang terbit 30 November 60 tahun lalu. Koran itu masih menggunakan ejaan lama. Kini kertasnya sudah mulai berwarna kuning.
Rekaman-rekaman perjalanan timnas itu mungkin cuma bisa didapatkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Salemba Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Tiga tahun lalu, pegawai perpustakaan nasional bilang kalau mereka tengah dalam upaya memindahkan file itu ke dalam bentuk digital.
Maulwi bahkan tak menyimpan lembaran koran itu. Tapi bukan berarti Maulwi zonder dokumen. Dia menyimpan baik-baik buku kecil bersampul batik dan berlogo garuda berisi nama pelatih dan skuat timnas waktu itu.
Dia juga menyimpan beberapa lembar foto hitam putih saat timnas melakukan perjalanan ke negara-negara masih masih dalam satu garis politik. Ceritanya mengalir menyebut nama-nama pimpinan negara yang ikut berfoto kala timnas menjalani ujicoba di sana sembair menunjukkan foto ini dan itu. Ada China, Uni Soviet juga beberapa Eropa.
"Mengenakan kaos timnas itu memang spesial, sangat istimewa. Kami bersyukur terpilih masuk timnas. Waktu itu kami tak dibayar. Tidur pun di bawah tribun penonton Stadion Ikada, yang sekarang berubah jadi Monas," kenang Maulwi.
Baca Juga: Maulwi Saelan: Penjaga Soekarno, Kenangan Olimpiade 1956, dan Impian yang Belum Terpenuhi
Makanya saat didaulat menjadi ketua umum PSSI oleh Soekarno --tetap lewat kongres-- pada tahun 1964, Maulwi bercita-cita timnas Indonesia bisa kembali mendapatkan panggung di Piala Dunia.
Sebuah cara diambil. Maulwi mencetuskan kompetisi usia muda lewat Piala Soeratin. Tapi, turnamen itu malah sempat hilang. Belum lagi masalah-masalah lain yang membuat timnas tak bisa benar-benar kembali menjadi garang.
Dia ingin pemuda Indonesia yang terpilih mempunyai kebanggaaan bisa tampil di olimpiade seperti kala dia mendapatkan inspirasi saat menyaksikan pelari Amerika Serikat, Jesse Owens, meraih empat medali emas dari Olimpiade 1936 Berlin.
Namun hingga Maulwi menutup mata, impian itu belum juga terwujud. Menjadi pekerjaan rumah bagi siapapun yang terpilih dari delapan calon ketua umum yang baru saja menjalani debat di muka publik lewat streaming. Di sana ada Bernhard Limbong, Erwin Aksa, Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi, Eddy Rumpoko, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Tonny Apriliani, Sarman El Hakim, Djohar Arifin Husein, dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Adakah di antara mereka yang menyebut ingin mewujudkan impian Maulwi? Atau apakah mereka memberikan penghormatan terakhir kepada seorang kiper legendaris, kapten timnas, juga mantan ketua umum PSSI siang tadi?
***
Pernah dimuat di detikSport, Selasa (11/10/2016) dengan judul yang sama.
Foto: dokumentasi detiksport.
Kabar duka tersiar duka tersiar Senin (10/10/2016) petang. Maulwi, seorang mantan kiper nasional yang juga mantan Ketua PSSI, wafat.
Usia Maulwi memang tidak lagi muda. Beliau menutup usia pada umur 90 tahun. Pria kelahiran Makassar itu sempat sakit dan dirawat di RS Pertamina karena menderita komplikasi gangguan jantung, ginjal, dan paru-paru.
Siang tadi, Selasa (11/10/2016), beliau dimakamkan di pemakaman Kalibata Jakarta. Eks pemain nasional melepas kepergiannya.
Maulwi memang legenda di sepakbola nasional. Dia kiper nasional. Menjadi kapten kala tim nasional bermain di Olimpiade 1956. Kisah heroik Maulwi dan timnas terekam Harian Merdeka yang terbit 30 November 60 tahun lalu. Koran itu masih menggunakan ejaan lama. Kini kertasnya sudah mulai berwarna kuning.
Rekaman-rekaman perjalanan timnas itu mungkin cuma bisa didapatkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Salemba Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Tiga tahun lalu, pegawai perpustakaan nasional bilang kalau mereka tengah dalam upaya memindahkan file itu ke dalam bentuk digital.
Maulwi bahkan tak menyimpan lembaran koran itu. Tapi bukan berarti Maulwi zonder dokumen. Dia menyimpan baik-baik buku kecil bersampul batik dan berlogo garuda berisi nama pelatih dan skuat timnas waktu itu.
Dia juga menyimpan beberapa lembar foto hitam putih saat timnas melakukan perjalanan ke negara-negara masih masih dalam satu garis politik. Ceritanya mengalir menyebut nama-nama pimpinan negara yang ikut berfoto kala timnas menjalani ujicoba di sana sembair menunjukkan foto ini dan itu. Ada China, Uni Soviet juga beberapa Eropa.
"Mengenakan kaos timnas itu memang spesial, sangat istimewa. Kami bersyukur terpilih masuk timnas. Waktu itu kami tak dibayar. Tidur pun di bawah tribun penonton Stadion Ikada, yang sekarang berubah jadi Monas," kenang Maulwi.
Baca Juga: Maulwi Saelan: Penjaga Soekarno, Kenangan Olimpiade 1956, dan Impian yang Belum Terpenuhi
Makanya saat didaulat menjadi ketua umum PSSI oleh Soekarno --tetap lewat kongres-- pada tahun 1964, Maulwi bercita-cita timnas Indonesia bisa kembali mendapatkan panggung di Piala Dunia.
Sebuah cara diambil. Maulwi mencetuskan kompetisi usia muda lewat Piala Soeratin. Tapi, turnamen itu malah sempat hilang. Belum lagi masalah-masalah lain yang membuat timnas tak bisa benar-benar kembali menjadi garang.
Dia ingin pemuda Indonesia yang terpilih mempunyai kebanggaaan bisa tampil di olimpiade seperti kala dia mendapatkan inspirasi saat menyaksikan pelari Amerika Serikat, Jesse Owens, meraih empat medali emas dari Olimpiade 1936 Berlin.
Namun hingga Maulwi menutup mata, impian itu belum juga terwujud. Menjadi pekerjaan rumah bagi siapapun yang terpilih dari delapan calon ketua umum yang baru saja menjalani debat di muka publik lewat streaming. Di sana ada Bernhard Limbong, Erwin Aksa, Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi, Eddy Rumpoko, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Tonny Apriliani, Sarman El Hakim, Djohar Arifin Husein, dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Adakah di antara mereka yang menyebut ingin mewujudkan impian Maulwi? Atau apakah mereka memberikan penghormatan terakhir kepada seorang kiper legendaris, kapten timnas, juga mantan ketua umum PSSI siang tadi?
***
Pernah dimuat di detikSport, Selasa (11/10/2016) dengan judul yang sama.
Foto: dokumentasi detiksport.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar