“Namaku Sarengat”. Sebuah autobiografi yang ingin sekali diterbitkan Muhammad Sarengat, manusia tercepat Asia dari Indonesia.
Sarengat menorehkan prestasi menawan pada Asian Games 1962 di Jakarta. Dia menjadi manuasi tercepat dengan meraih medali emas nomor 100 meter sekaligus memecahkan rekor di nomor tersebut.
Sarengat kemudian sekolah kedokteran dan masuk tentara. Namanya diabadikan sebagai nama stadion di kota tempatnya tumbuh besar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Nah agar kisah hidupnya itu tak terlupakan begitu saja, Sarengat merekamnya dalam tulisan. Dia terobsesi untuk menerbitkannya sebagai autobiografi. Tulisannya sudah selesai. Dengan kertas kuarto tulisannya setebal 200 halaman.
Awalnya, autobiografi itu diberinya judul: Emas Untuk Bangsa. Tapi di tengah jalan dia berubah pikiran.
“Tapi setelah dipikir-pikir rasanya kok tidak cocok karena tak hanya saya yang mendapatkan emas. Sudah banyak atlet lain yang leboiih berprestasi,” ungkap Sarengat.
Dari perenungannya, Sarengat memilih kalimat yang lebih sederhana dan langsung mengacu kepadanya.
Alasan lain Sarengat memilih judul 'Namaku Sarengat' adalah ada tulisan dengan judul serupa dalam buku yang disusunnya secara mencicil sejak 1992 tersebut.
Baca Juga: Bisikan Presiden Soekarno yang Memacu Mohammad Sarengat Jadi Manusia Tercepat Asia
Sarengat memberi bocoran sedikit dalam bab itu. Muhammad Sarengat, menurut Sarengat kecil, bukanlah nama yang lumrah, tidka banyak anak kecil seusianya yang mempunyai nama seperti itu. Dia pernah menyimpan perasaan ingin sekali ganti nama. Pokoknya sal jangan Sarengat.
“Waktu itu saya tidak tahu apa maknanya. Kok saya diberi nama itu,” ucap Sarengat dengan nada tanya.
Pertanyaan itu terus mengganggunya. Dalam perjalannannya, Sarengat pun menanyakan kepada sang ayah, Prawirosuprapto.
Jawaban sang ayah membuat dia terkejut. Ternyata Sarengat mempunyai makna mendalam.
Menurut sang ayah nama itu adalah pemberian kakek Sarengat. Sebab Prawirosuprapto sendiri menyiapkan nama berbeda. Karena lahir pada tanggal 28 Oktober, Prawirosuprapto memberi nama M. Ramelan.
"Tapi kakek tak setuju dengan nama itu, karena sebagai cucu pertama sudah seharusnya mendapatkan nama yang istimewa. Kakek memberi nama Sarengat. Itu dari bahasa Arab sare’at yang bermakna hukum agama," tutur Sarengat.
Masih ada kisah lain dalam autobiografi itu. Sayang, saya tak sempat membacanya. Sarengat tak membawa buku itu saat kami berjumpa.
Baca Juga: Tentang Muhammad Sarengat yang Pernah Berpredikat Manusia Tercepat Asia
Selain itu. perjalanan hidup Sarengat lainnya bisa jadi akan tetap tersimpan dalam laci di salah satu almari rumahnya. Sebab, hingga dia menutup mata, tulisan itu tak pernah terbit.
“Belum ada sponsor,” ungkapnya pendek.
padahal lewat biografi itu, Sarengat ingin sekali berbagi pengalaman kepada orang lain, utamanya kepada atlet-atlet muda jaman sekarang.
“Bahwa saya pernah memiliki prestasi untuk negeri ini,” ungkapnya diplomatis.
Memang cukup minim atlet Indonesia yang memiliki biografi. Tercatat baru ada atlet bulu tangkis yang rajin membukukan perjalanan prestasinya.
Terakhir, taekwondoin wanita Juana Wangsa Putri telah merangkum kehidupannya dari mengenal taekwondo hingga menjadi pelatih saat ini.
“Mudah-mudahan ada sponsor yang mau melirik,” tukas penyuka tempe goreng ini.
***
Obrolan dengan itu sudah terjadi delapan tahun lalu, saat Sarengat masih sehat. Dia menawarkan wawancara di kawasan Hang Tuah, Jakarta Selatan, di sebuah restoran kecil dengan ruang praktik milik dia di ruang lainnya. Dia masih nyetir sendiri waktu itu.
Saya tidak tahu apakah akhirnya autobiografi tersebut terbit atau tidak. Dari antauan di toko buku sih saya tak pernah menemukannya.
Mumpung mau Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, saya berharap biografi itu bisa muncul ke permukaan dan tak hanya dibiarkan berdebu.
(Foto: Jawa Pos)
Sarengat kemudian sekolah kedokteran dan masuk tentara. Namanya diabadikan sebagai nama stadion di kota tempatnya tumbuh besar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Nah agar kisah hidupnya itu tak terlupakan begitu saja, Sarengat merekamnya dalam tulisan. Dia terobsesi untuk menerbitkannya sebagai autobiografi. Tulisannya sudah selesai. Dengan kertas kuarto tulisannya setebal 200 halaman.
Awalnya, autobiografi itu diberinya judul: Emas Untuk Bangsa. Tapi di tengah jalan dia berubah pikiran.
“Tapi setelah dipikir-pikir rasanya kok tidak cocok karena tak hanya saya yang mendapatkan emas. Sudah banyak atlet lain yang leboiih berprestasi,” ungkap Sarengat.
Dari perenungannya, Sarengat memilih kalimat yang lebih sederhana dan langsung mengacu kepadanya.
Alasan lain Sarengat memilih judul 'Namaku Sarengat' adalah ada tulisan dengan judul serupa dalam buku yang disusunnya secara mencicil sejak 1992 tersebut.
Baca Juga: Bisikan Presiden Soekarno yang Memacu Mohammad Sarengat Jadi Manusia Tercepat Asia
Sarengat memberi bocoran sedikit dalam bab itu. Muhammad Sarengat, menurut Sarengat kecil, bukanlah nama yang lumrah, tidka banyak anak kecil seusianya yang mempunyai nama seperti itu. Dia pernah menyimpan perasaan ingin sekali ganti nama. Pokoknya sal jangan Sarengat.
“Waktu itu saya tidak tahu apa maknanya. Kok saya diberi nama itu,” ucap Sarengat dengan nada tanya.
Pertanyaan itu terus mengganggunya. Dalam perjalannannya, Sarengat pun menanyakan kepada sang ayah, Prawirosuprapto.
Jawaban sang ayah membuat dia terkejut. Ternyata Sarengat mempunyai makna mendalam.
Menurut sang ayah nama itu adalah pemberian kakek Sarengat. Sebab Prawirosuprapto sendiri menyiapkan nama berbeda. Karena lahir pada tanggal 28 Oktober, Prawirosuprapto memberi nama M. Ramelan.
"Tapi kakek tak setuju dengan nama itu, karena sebagai cucu pertama sudah seharusnya mendapatkan nama yang istimewa. Kakek memberi nama Sarengat. Itu dari bahasa Arab sare’at yang bermakna hukum agama," tutur Sarengat.
Masih ada kisah lain dalam autobiografi itu. Sayang, saya tak sempat membacanya. Sarengat tak membawa buku itu saat kami berjumpa.
Baca Juga: Tentang Muhammad Sarengat yang Pernah Berpredikat Manusia Tercepat Asia
“Belum ada sponsor,” ungkapnya pendek.
padahal lewat biografi itu, Sarengat ingin sekali berbagi pengalaman kepada orang lain, utamanya kepada atlet-atlet muda jaman sekarang.
“Bahwa saya pernah memiliki prestasi untuk negeri ini,” ungkapnya diplomatis.
Memang cukup minim atlet Indonesia yang memiliki biografi. Tercatat baru ada atlet bulu tangkis yang rajin membukukan perjalanan prestasinya.
Terakhir, taekwondoin wanita Juana Wangsa Putri telah merangkum kehidupannya dari mengenal taekwondo hingga menjadi pelatih saat ini.
“Mudah-mudahan ada sponsor yang mau melirik,” tukas penyuka tempe goreng ini.
***
Obrolan dengan itu sudah terjadi delapan tahun lalu, saat Sarengat masih sehat. Dia menawarkan wawancara di kawasan Hang Tuah, Jakarta Selatan, di sebuah restoran kecil dengan ruang praktik milik dia di ruang lainnya. Dia masih nyetir sendiri waktu itu.
Saya tidak tahu apakah akhirnya autobiografi tersebut terbit atau tidak. Dari antauan di toko buku sih saya tak pernah menemukannya.
Mumpung mau Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, saya berharap biografi itu bisa muncul ke permukaan dan tak hanya dibiarkan berdebu.