Kartini menjelma dalam sosok-sosok paling dekat dengan para atlet nasional ini. Rio Haryanto, Debby Susanto, Ulfa Silviana, Yolla Yuliana, Medina Warda Aulia, dan Chistopher Rungkat punya pendapatnya masing-masing.
Kartini menjadi sosok yang dianggap sebagai pejuang kesetaraan pendidikan. Hari lahir perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah itu pada 21 April pun diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang.
Para atlet nasional ini mempunyai sosok Kartini yang memberikan ajaran tentang pendidikan dan atau bahkan terkait karier mereka saat ini. Rio dkk. menuturkannya kepada detikSport.
1. Rio Haryanto, pebalap F1
Sosok Kartini itu tentu adalah Ibu saya, Indah Pennywati. Satu hal penting yang saya pelajari dari Ibu adalah menjadi disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena disuruh atau dipaksa orang lain. Kedisiplinan ini sangat penting, baik dalam hal sehari-hari maupun balapan.
Menjadi seorang pebalap tentu membutuhkan kedisiplinan. Dari mengatur waktu untuk latihan fisik hingga memilih makanan yang bernutrisi. Disiplin juga sangat diperlukan di F1 di mana saya harus bekerja sama dengan lebih dari 20 orang yang menangani mobil saya. Jika saya tidak disiplin, tentu ini akan menggangu ritme kerja seluruh anggota tim. Selain itu, di atas mobil F1 saya harus menjaga racing line dan mengatur banyak hal dari setir kemudi, penggunaan bahan bakar, dan keseimbangan rem.
Ibu saya selalu supportive. Awalnya mungkin ada kekhawatiran karena waktu kecil saya pernah mengalami kecelakaan parah saat latihan gokart. Setelah sembuh, saya semakin bertekad untuk menjadi pembalap F1. Ibu saya pun memahami tekad kuat saya dan terus mengupayakan yang terbaik demi karier balap saya.
2. Debby Susanto, juara All England 2016 ganda campuran
Sosok Kartini buat saya itu mama. Mama yang mengajarkan baca, tulis, dan selalu jadi satpam kalau saya belajar. Bahkan sampai SMP. Saya akui saya kan susah belajar, tidak suka malah cenderung malas. Tapi, mama tidak pernah berhenti untuk terus meminta saya belajar. Sebelum berangkat kerja, mama selalu siapkan setumpuk buku apa saja yang harus saya baca, nanti malamnya ada tanya jawab. Itu berlaku sampai SMP.
Lama-lama mama menyerah untuk membuat aturan itu, Tapi saya mulai sadar kalau tidak belajar sendiri bagaimana saya dapat pengetahuan. Apalagi saya mulai serius main bulutangkis.
Peran mama ini secara tidak langsung mempengaruhi penampilan saya di bulutangkis dengan tidak boleh menyerah kepada kemalasan sendiri. Secara langsung kalau kenalan bulutangkis kan dari papa.
3. Yolla Yuliana, pebola voli timnas
Mama dong yang kuanggap sebagai Kartini dalam hidup aku. Tidak cuma di voli tapi juga soal akademi.
Mama, Mira Mutiara, kan mantan atlet voli. Mama yang kenalin voli ke aku. Pertama-tama sih aku diajak nonton, kemudian aku ngefans sama pemain. Lama-lama aku coba-coba ikut main dan sekarang bisa menjadi salah satu pemain timnas.
Mama juga yang membuat aku bisa membaca. Saat kecil aku sulit membaca sampai kemudian diikutkan les, tapi aku tidak mau karena guru lesnya punya anjing di rumah. Mama bersedia menunggu terus sampai aku benar-benar bisa baca. Kemudian mama dengan sabar mengajari aku satu kata yang sulit aku baca: ia. Pokoknya susah, tapi dengan sabar mama terus membimbing.
Mama juga tidak segan jadi satpam saat ujian. Aku selalu minta agar dismsm setiap kali jam belajar tiba.
4. Ulfa Silviana, pemegang rekornas remaja 200 meter putri
Sosok Kartini itu identik dengan seseorang yang membuat habis gelap terbitlah terang. Jadi figur itu tidak cuma satu, tapi ada beberapa orang yang jadi Kartini riil dalam hidupku.
Salah satu yang paling dekat dan ada di depan mata itu kak Irene Alisjahbana. Dia pelari yang lebih senior dari aku. Kak Irene yang juga mahasiswi teknik di Universitas Indonesia menunjukkan kalau prestasi di olahraga harus sejajar dengan prestasi akademi. Kak Irene seperti menjadi alarm pesan papa yang selalu bilang kalau pendidikan itu nomor satu. Tidak ada-apa sekarang susah-susah dulu agar bisa panen di masa datang.
Selain itu, kak Dedeh Erawati juga menjadi salah satu contoh nyata. Dia juga berhasil di prestasi dan pendidikan. Dia juga terkenal, kan? Makanya aku selalu berusaha untuk disiplin ke kampus di Hubungan Internasional Bina Nusantara sepadat apapun jadwal latihan. Aku bersyukur hidup di antara Kartini-Kartini di pelatnas ini.
6. Christopher Rungkat, petenis putra nomor satu nasional
Ada dua figur yang aku anggap sebagai sosok Kartini dalam hidupku. Pertama mama, Elfia Mirlianti, dan yang kedua mantan ketua umum PB Pelti, Martina Widjaja.
Mama adalah sosok yang berpengaruh besar membuat aku seperti sekarang ini, Mama yang mengenalkan aku ke tenis. Beliau mantan atlet tenis jadi aku sering ikut ke lapangan tesni untuk latihan dan nonton.
Momentum lain yang aku ingat saat di tahun 2013. Waktu itu aku terkena cedera hip flexors. Kata dokter aku harus off sampai sepuluh bulan dan itu membuat aku sampai kepikiran untuk enggak main tenis lagi. Bahkan saat cedera sudah membaik, psikologis belum pulih.
Tapi mama dan Ibu Martina mengingatkan kalau aku masih jadi tumpuan dan satu-satunya harapan buat Indonesia di turnamen internasional. Aku pikir-pikir benar juga hingga kemudian aku kembali ke turnamen dan ada Asian Games 2014 sebagai semangat comeback. Malah sekarang cedera itu enggak kambuh-kambuh lagi.
7. Medina Warda Aulia, pemegang grandmaster junior putri Indonesia
Tidak harus perempuan lokal, kan? Saya menganggap Judid Polgar, pecatur Hungaria, sebagai sosok Kartini dalam hidup saya. Sebab, dia bisa mengalahkan pecatur-pecatur pria di level dunia.
Berkaca kepada kiprah Jodid Polgar itu, maka tidak ada yang tidak bisa diselesaikan oleh perempuan. Meskipun itu harus bersaing dengan para pria.
Selain itu saya amat kagum dengan walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Dia perempuan yang berani ambil risiko. Salah satu yang riil adalah saat menggusur gang Dolly yang sudah dicap sebagai area prostitusi. Bu Risma kemudian membuat solusi dengan memberikan pekerjaan seperti home industri buat perempuan-perempuan yang ada di sana.